5 Tradisi Unik Sambut Ramadhan di Indonesia, Ada yang Lumuri Wajah dengan Rempah

(NS7) – Bulan suci Ramadhan tidak hanya disambut dengan suka cita oleh masyarakat Muslim di seluruh dunia. Di Indonesia, nyatanya ada beragam tradisi unik yang dilakukan sebelum menyambut bulan suci Ramadhan.
Tradisi menyambut Ramadhan di Indonesia dilakukan tak hanya dengan maksud untuk memperoleh kebaikan, tetapi juga sebagai bentuk untuk mensucikan diri, saling memaafkan, dan menjalin silaturahmi.
Penasaran apa saja? Yuk, simak ulasannya.

1. Padusan, Boyolali

5 Tradisi Unik Sambut Ramadhan di Indonesia, Ada yang Lumuri Wajah dengan Rempah (1)

zoom-in-white

Padusan merupakan salah satu tradisi yang dilakukan beberapa daerah di Jawa. Berasal dari kata ‘adus’ atau mandi, padusan adalah kegiatan mandi atau berendam di laut atau sumber-sumber mata air alami untuk mensucikan dirinya sehari sebelum puasa. Tradisi ini merupakan warisan leluhur yang dimaksudkan untuk membersihkan jiwa dan raga sebelum menghadapi bulan suci Ramadhan.

Dahulu padusan dilakukan seorang diri di tempat yang sepi, namun kini padusan dilakukan secara beramai-ramai di kolam renang, maupun di mata air. Destinasi wisata seperti kolam renang maupun umbul pasti selalu ramai saat momen padusan berlangsung. Contohnya adalah umbul manten yang terlihat ramai ketika padusan tiba.

2. Mohibadaa, Gorontalo

5 Tradisi Unik Sambut Ramadhan di Indonesia, Ada yang Lumuri Wajah dengan Rempah (2)

zoom-in-white

Di Pulau Sulawesi, tepatnya Gorontalo, ada sebuah tradisi unik yang biasa dilakukan jelang Ramadhan yang dinamakan Mohibadaa. Mohibadaa sendiri adalah kegiatan membalurkan ramuan rempah-rempah tradisional sebagai masker ke wajah. Sebenarnya tradisi ini tak hanya dilakukan jelang Ramadhan saja. Hanya saja, tradisi ini menjadi lebih istimewa saat dilakukan menjelang bulan suci Ramadhan.

Mohibadaa dilakukan untuk menjaga kondisi kulit, karena biasanya saat puasa kulit terasa kering, apalagi cuaca Gorontalo sangat panas. Adapun, rempah-rempah yang digunakan sebagai masker di antaranya tepung beras, humotopo (kencur), bungale (bangle), alawahu (kunyit). Agar hasilnya lebih halus, disarankan untuk menggunakan beras ketan. Masyarakat yang hendak melakukan tradisi ini umumnya cukup membeli paket rempah tradisional yang sudah dijual di pasar-pasar.

3. Dandangan, Kudus

5 Tradisi Unik Sambut Ramadhan di Indonesia, Ada yang Lumuri Wajah dengan Rempah (3)

zoom-in-white

Bergeser ke Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, ada tradisi unik yang dilakukan untuk menandai datangnya bulan suci Ramadhan. Tradisi unik tersebut bernama Dandangan. Dikutip laman resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, puncak seremoni dandangan dilakukan dengan cara memukul bedug Masjid Menara Kudus.

Tradisi ini merupakan peninggalan dari Sunan Kudus sejak 450 tahun lalu. Dandangan berawal dari kebiasaan para santri yang berkumpul di depan Masjid Menara Kudus menunggu penetapan awal puasa. Seiring dengan berkembangnya waktu, momentum ini juga dimanfaatkan para pedagang untuk berjualan di sekitar masjid.
Saat ini, tradisi dandangan juga menampilkan Kirab Dandangan yang merupakan representasi budaya di Kudus, seperti visualisasi Kiai Telingsing, Sunan Kudus, rumah adat Kudus, batil (merapikan rokok), dan lain sebagainya.

4. Malamang, Padang

Makanan menjadi bagian penting di berbagai tradisi Minangkabau, Sumatera Barat. Begitu juga untuk merayakan hari-hari penting keagamaan, salah satunya ketika menyambut bulan Ramadhan. Setiap menjelang bulan puasa, masyarakat Minangkabau akan beramai-ramai membuat lamang atau lemang yang terbuat dari ketan. Tradisi ini bernama malamang.

5. Megibung, Bali

5 Tradisi Unik Sambut Ramadhan di Indonesia, Ada yang Lumuri Wajah dengan Rempah (4)

Terakhir, masyarakat Bali juga punya tradisi unik dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Di Pulau Dewata, tradisi tersebut dikenal sebagai Megibung atau upacara makan bersama.
Tradisi megibung ini dikenalkan oleh Raja Karangasem, yaitu I Gusti Agung Anglurah Ketut Karangasem, sekitar tahun 1614 Caka atau 1692 Masehi. Pada saat itu, Karangasem dalam ekspedisinya menaklukkan Raja-raja yang ada di tanah Lombok. Ketika istirahat dari peperangan, raja menganjurkan semua prajuritnya untuk makan bersama dalam posisi melingkar yang belakangan dikenal dengan nama Megibung. Bahkan, raja sendiri konon ikut makan bersama dengan prajuritnya.
Megibung dimulai dari masak masakan khas traditional Bali secara bersama-sama, baik itu nasi maupun lauknya. Setelah selesai memasak, warga kemudian menyiapkan makanan itu untuk disantap.
Nasi putih diletakkan dalam satu wadah yang disebut gibungan, sedangkan lauk dan sayur yang akan disantap disebut karangan. Tradisi ini biasanya juga dilangsungkan saat ada upacara adat dan keagamaan di suatu tempat, terutama di daerah Karangasem. Misalnya dalam upacara pernikahan, odalan di pura, ngaben, upacara tiga bulanan, dan hajatan lainnya.(AGP/DN)
source : https://kumparan.com/

Baru! Tayangan Video dari Bali Digital Channel
klik: https://s.id/BaliDigitalChannel

#BaliDigitalChannel #Nusantara7

Print Friendly, PDF & Email
   Send article as PDF