Baduy Desa Adat, Budaya dan Pesona Alam Warisan Nenek Moyang

(NS7) – Berbicara mengenai Banten tidak sedikit orang yang mengidentikkannya dengan Suku Baduy. Salah satu kelompok masyarakat keturunan etnis Sunda yang hingga kini masih melestarikan dan memegang teguh adat leluhurnya. Terletak di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten, menjadikan masyarakat Baduy menyebut diri mereka dengan sebutan urang Kanekes.

Dengan kearifan lokal suku di sana yang hingga saat ini terjaga keasrian serta keindahan alamnya dan bisa dinikmati oleh para pengunjung menjadikan Baduy sebagai salah satu lokasi wisata favorit yang mewakili wajah Banten.

Sinergi antara pesona keasrian alam, adat dan budaya Desa Adat Baduy menghasilkan daya pikatnya tersendirisehingga  selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan yang ingin sekedar tahu atau juga merasakan kehidupan masyarakat Baduy yang masih mempertahankan tradisi di tengah era modernisasi kini. Air sungai yang jernih, pepohonan yang rindang, serta keramahan Suku Baduy membuat para wisatawan mempunyai impresi untuk kembali lagi berkunjung ke sana.

Desa Adat Baduy terbagi menjadi dua, yaitu Desa Adat Baduy Dalam dan Desa Adat Baduy Luar. Perbedaan di antara masyarakat Desa Baduy Dalam dan Luar adalah pada aturan adat dan kebiasaannya.

Pada masyarakat Baduy Dalam, aturan adat masih sangat murni hingga kini mereka tidak menggunakan alat elektronik, peralatan masih sangat tradisional, tidak menggunakan alas kaki dan kendaraan, tidak menggunakan bahan kimia untuk kegiatan sehari-hari sehingga alam belum terkontaminasi dengan deterjen maupun bahan kimia lainnya.

Susunan rumah pun diatur, pintu rumah hanya boleh menghadap ke utara/selatan kecuali rumah ketua adat atau Sang Pu’un. Pakaian yang mereka gunakan pun hanya berwarna hitam dan putih yang dijahit tangan maupun tenun serta ikat kepala berwarna putih.

Baduy Dalam sendiri memiliki tiga kampung di dalamnya, yakni Cikertawarna, Cibeo dan Cikeusik yang dipinpim oleh para Jaro. Mereka tidak mengenal budaya tulis, sehingga dalam pemeliharaan adat istiadat, ritual dan budaya nenek moyang diwariskan melalui lisan yang dituturkan dari generasi ke generasi.

Sedangkan pada masyarakat Baduy Luar, aturan adat sudah banyak yang ditinggal. Kehidupan masyarakat baduy luar sudah menggunakan alat elektronik. Masyarakat Baduy Luar identik dengan ikat kepala kain motif batik berwarna biru hitam yang hingga kini dikenal dengan sebutan batik baduy.

Baik masyarakat Baduy Dalam dan Luar mereka mengandalkan hasil alam untuk menghidupi keseharian mereka juga membuat hasil kerajinan tangan seperti kain tenun.  Tidak hanya orang tua dan dewasa saja, anak-anak kecil Suku Baduy pun sudah sangat terampil untuk membuat kain tenun dan memintal benang.

Setiap pengunjung yang akan melakukan perjalanan wisata sudah selayaknya harus menaati aturan adat selama berada di kawasan Baduy, baik Baduy Luar, Baduy Dalam, maupun di perbatasan Baduy.

Bagi yang berencana tinggal, pengunjung bisa menempati rumah salah satu milik warga setempat untuk dijadikan rumah singgah sementara selama di Baduy, sedangkan untuk harga tiket masuk ke Baduy satu orang dikenakan biaya sebesar Rp 5.000, untuk penginapannya sesuai dengan harga yang telah disepakati oleh sang pemilik rumah, biasanya sekitar Rp 100.000 sampai Rp 150.000 per malamnya tergantung dari kesepakatan awal.

Tertarik untuk mengunjungi Desa Adat Baduy. Segera siapkan agenda liburan akhir tahun Anda bersama keluarga dan teman-teman. Berlibur ke destinasi yang bukan mainstream bisa menjadi pilihan traveling yang seru, sekaligus ajang mengenal lebih dekat kekayaan budaya nusantara. Jika Anda dari Jakarta dapat melewati Tol Tangerang-Merak dan keluar di Gerbang Tol Cikande menuju ke Rangkas Bitung ke Desa Ciboleger.

Sedangkan bagi Anda dari arah Lampung dan sekitarnya dapat melewati Tol Tangerang-Merak dan keluar di Gerbang Tol Serang Timur menuju ke Rangkas Bitung ke Desa Ciboleger.   Kini menuju berbagai destinasi di Banten semakin mudah melalui Tol Tangerang-Merak yang merupakan badan usaha jalan tol grup Astra saat ini memiliki nama brand ASTRA Infra Toll Road Tangerang-Merak (ASTRA Tol Tangerang-Merak). Membentang sepanjang 72,45 KM yang melintasi wilayah Tangerang, Serang dan Cilegon menjadikan kehadirannya tidak hanya mampu mendorong perkembangan ekonomi di kawasan yang dilaluinya, tetapi juga turut mendorong sektor pariwisata di sekitarnya.

Dengan akses yang strategis itu, ASTRA Tol Tangerang-Merak turut mendukung Pariwisata Banten yang memiliki keanekaragaman destinasi wisata adat, budaya, religi, sejarah, bahari dan kuliner melalui program Ayo ke Banten lewat Tol Tangerang-Merak. (Yd).

Sumber : ekonomi.bisnis.com

Print Friendly, PDF & Email
   Send article as PDF