(NS7) – Sehari setelah Hari Raya Saraswati atau Redite (Minggu) Paing, Wuku Sinta disebut dengan Banyu Pinaruh.
Saat Banyu Pinaruh, masyarakat Hindu di Bali akan melaksanakan upacara pelukatan ke sumber mata air baik ke pantai maupun ke air klebutan.
Ketua Pinandita Sanggraha Nusantara Korda Denpasar, Pinandita Putu Gede Suranata mengatakan panglukatan Banyu Pinaruh merupakan panglukatan bhuana agung dan bhuwana alit berkat penurunan tirta sanjiwani.
“Banyu Pinaruh berasal dari kata wruh yang berarti mengetahui atau menyadarkan diri. Sehingga dengan pengetahuan jadi bijaksana,” katanya.
Pelukatan Banyu Pinaruh dengan pelukatan lainnya menurutnya berbeda dimana penglukatan biasa biasanya disesuaikan dengan apa yang menjadi tujuan, sementara penglukatan Banyu Pinaruh ini erat kaitannya dengan turunnya ilmu pengetahuan.
Sementara itu, menurut Ida Pandita Mpu Jaya Acharyananda, Banyu Pinaruh ini memiliki arti air pengetahuan.
“Kita mohon tirta amerta setelah kemarin kita merayakan Hari Raya Saraswati,” kata Ida.
Ida menambahkan, pengetahuan akan terjadi apabila diri kita telah bersih dan akan dialirkan melalui tirta amerta ini.
Karena bagaimanapun juga dari segi aspek mistik dan magis bahwa sesungguhnya segala mala, dosa, papa, pataka, wigna itu bisa dihanyutkan melalui kehadiran Dewi Gangga di bumi.
“Seperti apa yang ada dalam kisah Adi Parwa dimana teruatnya 60 ribu anak Prabu Sagara karena berani kepada Rsi Kapila maka dengan demikian hanya dengan menurunkan Gangga ke-60 ribu anak Sagara diruwat untuk menuju pada kehidupan keabadian,” kata Ida.
Keabadian yang dimaksud Ida adalah amerta kamandalu, amerta sanjiwani dan amerta pawitra.
(YD)
Sumber : bali.tribunnews.com