Bertarung dalam Seleksi Alam

Jakarta – Ada satu ungkapan menarik dalam menggambarkan pandemi yang sedang berlangsung sekarang ini. Pandemi ini digambarkan sebagai proses seleksi alam. Dalam teori evolusi disebutkan bahwa spesies-spesies yang bertahan hidup hingga sekarang adalah yang berhasil melewati seleksi alam.

Makhluk-makhluk hidup bergerak untuk menghidupi dirinya di muka bumi. Mereka harus menemukan benda-benda yang mereka butuhkan untuk hidup, berupa makanan, air, udara, ruang habitat. Yang berhasil memastikan semua itu terjangkau akan bertahan hidup. Yang tidak berhasil,akan punah.

Ada kalanya akses kepada berbagai kebutuhan hidup itu mudah, tapi tak jarang pula sulit. Ketika akses sulit, makhluk-makhluk hidup harus berusaha lebih keras dan sangat keras. Ada yang harus hijrah. Ada pula yang secara perlahan mengubah struktur tubuhnya menjadi struktur baru yang lebih cocok untuk situasi yang ia hadapi.

Makhluk hidup beradaptasi untuk bertahan. Yang bisa bertahan adalah yang paling pandai beradaptasi.

Makhluk hidup harus bertarung untuk bisa hidup dalam suatu lingkungan. Lawan dalam pertarungan itu adalah sesama makhluk hidup dalam rantai makanan, juga lingkungan. Suka atau tidak, kita harus bersaing dengan bakteri. Kita adalah mangsa alias makanan atau sumber makanan bagi bakteri. Tak jarang manusia mati, dibunuh oleh bakteri, dimakan oleh mereka. Kita sendiri membunuh begitu banyak tumbuhan, jamur, dan hewan untuk bertahan hidup.

Virus bukanlah makhluk hidup. Tapi sifat-sifatnya sangat mirip dengan makhluk hidup. Kita bisa memandang virus sebagai saingan kita dalam pertarungan hidup. Atau, bisa juga kita pandang sebagai faktor lingkungan. Air adalah contoh faktor lingkungan. Manusia di suatu desa bisa punah oleh banjir bandang. Ribuan bahkan puluhan juta orang bisa mati oleh virus.

Kita, manusia spesies Homo sapiens bukanlah spesies istimewa di alam ini. Kita harus bersaing dengan makhluk lain, juga bertarung melawan ganasnya lingkungan. Kita mungkin merasa istimewa karena bisa mengendalikan banyak hal. Tapi dalam hal tertentu, kita masih sangat lemah. Kita bisa dengan mudah bertumbangan oleh bakteri dan virus.

Pada akhirnya kita hanya makhluk yang hidup di alam. Kita harus bersikap patut untuk bertahan hidup. Dalam hal menghadapi pandemi ini pun tuntutan terhadap kita sama, yaitu bersikap patut.

Kita sebenarnya sudah sangat diuntungkan oleh pengetahuan yang dikembangkan oleh para ilmuwan. Kita tahu bagaimana virus corona ini bekerja. Ia masuk ke tubuh kita, memakai sel kita untuk berkembang biak, menambah populasi. Tapi tubuh kita juga punya sistem kekebalan. Di situlah kita, secara individu, bertarung. Kalau kekebalan tubuh kita kuat, virus tidak bisa berkembang. Mereka akan musnah dalam tubuh kita. Selesai.

Kasus kedua, virus masuk ke tubuh, memenangkan pertarungan dalam tubuh, kemudian merusak organ-organ yang membentuk sistem tubuh itu. Lalu tubuh itu mati. Virus-virus tadi kehilangan sel-sel yang dapat mereka tumpangi. Mereka juga akan punah.

Yang sedang terjadi sekarang adalah virus-virus itu berpindah-pindah mencari inang-inang baru untuk ditumpangi. Yang perlu kita lakukan sebenarnya sederhana, yaitu memutus mata rantai penularannya. Bagaimana caranya? Dengan berhenti berdekatan satu sama lain. Mudah, bukan? Tapi hal sederhana ini menjadi tidak mudah, karena manusia biasa bergerombol. Ironis memang.

Bergerombol, berhubungan satu sama lain, dalam jumlah yang sangat besar adalah kekuatan utama manusia spesies Homo sapiens. Tapi seperti dalam situasi seperti sekarang ini, bergerombol itu menjadi kelemahan kita yang utama. Virus memanfaatkan kekuatan kita itu, mengubahnya menjadi kelemahan.

Yang perlu kita lakukan adalah mengubah strategi hidup sejenak. Kita harus berhenti bergerombol, berhenti kontak dengan sesama. Waktu yang diperlukan sebenarnya tidak lama. Kalau kita bersama, serentak, bisa melakukan ini dalam waktu dua bulan saja, maka virus itu akan musnah. Cuma itulah tantangannya. Mampukah manusia meninggalkan kebutuhan paling dasarnya, yaitu berkumpul atau bergerombol tadi?

Baik secara spesies maupun secara individu kita sedang diseleksi. Yang mampu bertahan hidup adalah yang sanggup beradaptasi. Baik dengan menjaga daya tahan tubuh, maupun dengan menjauhi kerumunan. Yang tidak sanggup melakukan keduanya, akan tersingkir oleh seleksi alam.

Anda sedang memilih, menang atau kalah dalam seleksi ini.

Sumber : https://news.detik.com/kolom/d-5631458/bertarung-dalam-seleksi-alam?tag_from=wp_nhl_3
(ACP)

Print Friendly, PDF & Email
   Send article as PDF