Denpasar, (Nusantara7.id) – Bali memiliki destinasi wisata yang tersebar di seluruh kabupaten. Setiap wilayah yang memiliki potensi wisata, dikelola dan diberdayakan dengan optimal sehingga banyak daerah yang disebut dengan desa wisata.
Salah satu desa wisata di tengah perkotaan yang tidak boleh dilewatkan jika berkunjung ke Bali adalah Desa Wisata Batubulan. Memiliki lokasi yang strategis, yakni perbatasan antara Kabupaten Gianyar dan Kota Denpasar, Desa Batubulan terkenal sebagai pusat kesenian tari, patung, dan ukiran.
Jika Anda tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentang kebudayaan Bali, maka Desa Batubulan akan menjadi destinasi wisata yang tepat untuk Anda. Yuk simak selengkapnya tentang sejarah, lokasi, dan daya tarik dari Desa Batubulan yang dirangkum dari berbagai sumber berikut ini!
Sejarah
Wilayah Batubulan awalnya merupakan hutan belantara yang menjadi bagian paling timur Kerajaan Badung. Pada abad XVII, Kerajaan Badung dipimpin oleh I Gusti Ngurah Jambe Pule. Raja Badung ini memiliki seorang anak angkat yang bernama Dewa Agung Kalesan.
Saat Dewa Agung Kalesan beranjak dewasa, Raja Badung dengan murah hati memberikan wilayah bagian paling timur Kerajaan Badung kepadanya untuk dijadikan istana. Dewa Agung Kalesan bersama ratusan pengikutnya bergegas untuk pergi ke wilayah bagian paling timur, yang tidak lain masih berupa hutan belantara.
Dalam perjalanannya menyusuri hutan, Dewa Agung Kalesan melihat sebuah batu yang bercahaya bak sinar bulan. Karena penemuan batu inilah, beliau menamai wilayah hutan belantara ini dengan nama Batubulan.
Hingga saat ini, batu bercahaya yang ditemukan Dewa Agung Kalesan disimpan di Merajan Agung Batubulan. Dewa Agung Kelsan dan para pengikutnya kemudian menetap dan memegang pemerintahan di wilayah Batubulan. Beliau pun memperluas kekuasaannya hingga ke Batuyang dan Batuaji yang berlokasi di sebelah timur Batubulan.
Lokasi
Desa Batubulan terletak di Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali. Desa ini memiliki luas sekitar 6.422 kilometer persegi yang terdiri dari tiga desa adat, diantaranya adalah Desa Adat Tegaltamu, Desa Adat Jero Kuta, dan Desa Adat Dlod Tukad.
Desa Batubulan letaknya tidak jauh dari pusat Kota Denpasar, yakni hanya sekitar 11 kilometer dengan waktu tempuh kurang lebih selama 30 menit. Sementara itu, jika ditempuh dari Bandara Internasional Ngurah Rai jaraknya adalah sekitar 25 kilometer dengan waktu tempuh kurang lebih selama 1 jam 10 menit melalui tol Bali Mandara atau 1 jam 30 menit kalau tidak melewati tol.
Daya Tarik
Pertunjukan Tari
Beberapa banjar yang menjadi bagian dari Desa Batubulan difungsikan sebagai penyaji dalam kegiatan kesenian, khususnya adalah menyuguhkan tarian khas Bali. Banjar-banjar tersebut diantaranya adalah Banjar Tegehe di Desa Adat Dlod Tukad dan Banjar Denjalan di Desa Adat Jero Kuta.
Jenis tarian yang dipentaskan biasanya adalah Tari Barong dan Keris, Legong, dan Tari Kecak. Dilansir dari laman diparda.gianyarkab.go.id, pertunjukan Tari Barong dan Keris di Desa Batubulan dilaksanakan setiap hari pada pukul 09.30 hingga 10.30 Wita.
Tari Barong ini adalah tarian khas Bali yang menggambarkan pertarungan antara kebajikan (dharma) dan kebatilan (adharma). Sosok kebajikan itu dilakonkan oleh Barong, sementara kebatilan dilakonkan oleh Rangda.
Selain itu, terdapat juga pementasan Tari Kecak di malam hari pada pukul 18.00-19.00 Wita. Tarian ini tidak menggunakan gamelan, melainkan hanya menggunakan suara yang keluar dari mulut penari sebagai iringan. Suara yang dikeluarkan pun berbeda-beda, saling bersahut-sahutan sehingga terdengar sangat unik dan menghibur.
Kesenian Patung dan Ukiran
Desa Batubulan terkenal akan pusat kesenian patung dan ukirannya, baik di kalangan wisatawan asing maupun domestik. Wisatawan tidak hanya dapat membeli patung atau ukiran, tetapi juga dapat menyaksikan langsung proses pemahatannya.
Biasanya para seniman disini menggunakan batu padas atau paras putih. Jika Anda berkunjung ke Desa Batubulan, maka Anda akan melihat banyak patung yang berjajar di sisi jalan, terbuat dari batu paras putih, dengan berbagai macam ukuran dan bentuk.
Beberapa karya yang sering terlihat adalah patung dengan bentuk dewa atau tokoh cerita Ramayana. Biasanya, patung-patung ini digunakan untuk dekorasi rumah, taman, hotel, perempatan jalan, jembatan, maupun pura.
Tradisi Mepantigan
Tradisi mepantigan merupakan bentuk seni bela diri tradisional, di mana peserta yang bersaing harus membanting dan mengunci lawan. Uniknya, bela diri ini dilakukan di atas kubangan lumpur.
Tradisi ini dapat Anda saksikan di Jalan Pasekan, Gang Batualam, Desa Batubulan.Tradisi ini bukanlah sekadar bela diri semata, melainkan wujud bakti masyarakat kepada Dewi Sri yang telah memberikan kemakmuran.
Wisata Kuliner
Jalan-jalan seharian, tidak lengkap jika belum berwisata kuliner untuk memenuhi isi perut. Desa Batubulan memiliki Pasar Malam yang terkenal, karena menjual berbagai macam makanan dan minuman. Pasar ini dikenal dengan nama Pasar Senggol Batubulan.
Pasar Senggol Batubulan ini memiliki pilihan makanan yang beragam, mulai dari makanan khas Bali seperti serombotan, sate lilit, be genyol, dan lain-lain. Selain itu, Anda juga bisa menemukan makanan yang akrab dengan lidah semua kalangan, seperti ayam geprek, lalapan, sempol, bak pao, roti bakar, dan lainnya. (AGP/YD)
Source : detik.com