Fakta: Pengunjung Wisata Sunrise di Candi Borobudur Didominasi Bule

Magelang, (NS7) – Sunrise di Candi Borobudur termasuk destinasi wisata yang dicari traveler dunia. Selama ini pengunjung matahari terbit di Candi Borobudur didominasi wisman.

Wakil Sementara General Manager Taman Wisata Candi Borobudur, Jamaludin Mawardi mengatakan, pengunjung sunrise di Candi Borobudur sebelum pandemi didominasi turis mancanegara. Berdasarkan data tahun 2019, sekitar 95 persen turis mancanegara.

“Dulu kalau nggak salah tahun 2012, apa 2013 itu, CNN pernah merilis bahwa Borobudur Sunrise termasuk salah satu atraksi wisata yang harus dikunjungi sebelum Anda meninggal dunia. Nah statement CNN waktu itu seperti itu, makanya sempat booming tahun antara 2014 sampai 2015. Banyak wisatawan yang datang. Kemarin tahun 2019, waktu sebelum pandemi datanya 95 persen itu wisatawan asing,” kata Jamal saat dihubungi detikTravel, Jumat (9/7/2021).

Borobudur sunrise, katanya, terakhir dibuka sebelum adanya pandemi. Kemudian semenjak ada pandemi ini tidak dibuka untuk kunjungan wisatawan. Pengunjung Borobudur sunrise setelah selesai menikmati keindahan nantinya mendapatkan sarapan dan suvenir.

“Akses pagi ke Candi Borobudur, waktu itu terus nanti dapat makan pagi di resto, nanti dapat suvenir,” ujarnya.

Menurut Jamal, wisatawan sangat berkesan saat menikmati Borobudur sunrise terlebih saat cerah. Terlebih lagi bisa melihat matahari terbit di antara dua, Gunung Merapi dan Merbabu.

“Apalagi pas dapat cuaca bagus, mataharinya muncul ini, menurut mereka kesempatan yang langka. Iya, itu jadi ikonik (Borobudur sunrise) sekali bisa bertepatan di bulan Juni di tengah-tengah itu (gunung). Kalau di bulan Juli, puncak-puncaknya sehari bisa 700 wisatawan mancanegara atau yang tahun-tahun kemarin sebelum pandemi. Itu sunrise saja, sunset lebih sedikit,” tutur Jamal.

Jamal berharap, setelah pandemi nantinya wisata Borobudur sunrise bisa dibuka kembali sekalipun dengan pembatasan jumlah pengunjung. Hal ini karena keberadaan wisata ini sudah menjadi ikonik.

“Harapan kami setelah pandemi dengan pembatasan pengunjung itu Borobudur sunrise masih tetap bisa dibuka kembali. Meski dengan pembatasan, harapan kami dari TWC misalnya setelah PPKM darurat ini misalnya berakhir bisa izinkan kembali untuk akses naik ke candi secara terbatas misalnya sehari 50 atau berapa,” pinta Jamal.

“Wisatawan sunrise kebanyakan dari Asia dan Eropa. Kalau Eropa seperti Belanda, Jerman, Spanyol,” ujarnya.

Hal senada disampaikan salah satu tour guide, Mura Aristina. Ia yang telah mendampingi turis mancanegara menikmati keindahan sunrise di Candi Borobudur sejak tahun 2010 hingga awal tahun 2020 sebelum pandemi.

“Kalau sunrise itu, saya sekitar tahun 2010, terakhir sebelum pandemi ya sekitar awal 2020,” tutur Mura.

Mura yang kesehariannya sebagai staf Balai Konservasi Borobudur (BKB) menuturkan, sebelum masuk kerja pada pagi hari mendampingi wisatawan menikmati wisata sunrise di Candi Borobudur. Wisatawan sunrise di Candi Borobudur kebanyakan turis mancanegara.

“Peminat matahari terbit dari puncak Candi Borobudur memang lebih banyak wisatawan asing. ‘Kita masyarakat Indonesia bersyukur sekali dimana setiap hari kalau nggak mendung sepanjang hari bisa melihat matahari, jadi bukanlah sesuatu hal yang aneh dan menarik mungkin sampai saat ini’. Untuk menyaksikan matahari terbit dari puncak Candi Borobudur melalui pintu gerbang dari Manohara. Mereka mendapatkan fasilitas jalur khusus, kemudian senter, termasuk pengarah dan diakhir kunjungan mendapatkan sarapan gratis dan dapat suvenir,” tuturnya.

Mura menuturkan, wisatawan yang menggunakan jasa pemandu atau guide keuntungannya sangat besar sekali. Hal ini karena guide sering mengantar pengunjung sehingga paham betul dengan suhu, kelembapan bahkan pergerakan matahari.

“Tentunya bagi wisatawan yang kemudian mau menggunakan pemandu itu keuntungannya luar biasa. Karena pemandu wisata sunrise itu tentunya sangat paham sekali dari hari ke hari, bahkan dari detik ke detik itu perubahan langit, suhu, kelembapan terus arah angin. Kami sangat mempelajari secara alami,” tuturnya.

“Kita harus memastikan bahwa sisi timur itu benar-benar sudah cerah. Yang kedua, di sebelah timur Candi Borobudur itu kan ada Gunung Merapi dan Merbabu, dimana setiap bulan setiap waktu matahari bergerak istilahnya. Dari selatan ke utara, nanti bisa muncul (matahari) dari balik puncak Merapi atau di tengah-tengah antara Merapi dan Merbabu misalnya atau terus nanti berbalik, itu penyampaian informasi yang sangat tepat menjadi sebuah kesuksesan,” kata Mura.

Menurut Mura, tidak setiap hari matahari bisa muncul dengan bagus, terkadang ada mendung, awan maupun kabut. Untuk itu, wisatawan bisa diberitahu tentang cerita-cerita dari relief mau lokasi spot foto yang baik.

“Terkadang tidak setiap hari itu matahari itu bisa muncul dengan bagus, kadang-kadang yang ada mendung, ada awan, kabut dan sebagainya. Nah agar tidak kecewa karena tidak bisa melihat matahari itu, kami kasih atraksi atau cerita-cerita dari relief, sudut foto-foto. Itu juga cukup menjadi penolong karena tolak ukur keberhasilan itu dalam sebuah tour itu kebahagiaan wisatawan itu sendiri,” kata Mura.

“Borobudur itu pada pagi hari itu dilihat dari atas Candi Borobudur, maupun dari luar, itu luar biasa. Dan secara umum baik musim penghujan maupun musim kemarau kan sering ada kabut, jadi pepohonan sekitar Borobudur tidak kelihatan karena tertutup kabut itu. Jadi Borobudur itu bener-benar seperti di atas awan, jadi seperti nirwana,” tuturnya.

Kesan wisatawan menikmati sunrise di Candi Borobudur, kata Mura, jika menyebut amazing atau menakjubkan merupakan hal yang sudah biasa. Ada juga wisatawan setelah turun dari candi belum percaya melihat matahari terbit di dari atas candi dengan matahari terbit di antara dua gunung.

“Kalau amazing, menakjubkan kalau menurut saya sudah hal yang biasa. Tapi kadang-kadang saya itu seakan-akan seperti ingin menampar wajah wisatawan itu karena di depan dia di atas bangunan yang megah Candi Borobudur dan di depannya itu ada matahari terbit serta beberapa gunung yang bisa dilihat, ‘dia itu seakan-seakan mengatakan ini bener nggak sih’. Dia itu seakan-akan sampai turun masih bingung, ini antara percaya dan tidak,” ujarnya.

Sementara itu, salah seorang fotografer Antara, Anis Efizudin mengatakan, memotret sunrise di Candi Borobudur sudah sering dilakukan tiap tahun terutama saat pergantian tahun. Memotret sunrise di Candi Borobudur menjadi daya tarik tersendiri.

“Saya memotret sunrise di Candi Borobudur sudah sering hampir tiap tahun terutama saat pergantian tahun. Memotret sunrise di Borobudur memang menjadi daya tarik tersendiri karena bisa motret dari ketinggian dengan foreground atau latar depan stupa. Kalau pas cuaca bagus maka memotret sunrise dari Borobudur akan sangat bagus sekali,” tutur Anis.

“Memotret sunrise di Candi Borobudur harus sabar karena kalau cuaca tidak mendukung maka tidak akan dapat apa-apa, makanya harus tahu waktu yang tepat biasanya memasuki musim kemarau pergantian dari musim hujan ke musim kemarau itu biasanya cuaca sangat bagus untuk memotret sunrise di Borobudur,” tuturnya.

Sumber : detik.com
(ESS/ACP)

 

Print Friendly, PDF & Email
   Send article as PDF