Indahnya Panorama Sawah Bertingkat di Desa Wisata Jatiluwih

(Nusantara7.id) – Desa Wisata Jatiluwih menjadi salah satu destinasi yang wajib dikunjungi ketika ke Pulau Dewata. Desa ini berada di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali.

Jatiluwih dikenal dengan bentang hijau persawahan yang memanjakan mata. Sejauh mata memandang, wisatawan akan menyaksikan cantiknya panorama sawah bertingkat sebagai daya tarik utama bagi pelancong dari dalam dan luar negeri.

Dikutip dari Jejaring Desa Wisata (Jadesta) Kemenparekraf, Kamis, 7 April 2022, desa wisata ini ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO pada Juni 2012 lalu. Selain menikmati pemandangan, wisatawan juga dapat merasakan atraksi yang ada di sana.

Salah satunya manyi, yang berarti panen padi. Wisatawan dapat langsung mengikuti kegiatan petani dan belajar cara memanen padi menggunakan alat tradisional.

Ada pula atraksi jungle ATV, aktivitas wisata yang menawarkan pengalaman mengelilingi hutan menggunakan kendaraan ATV. Atraksi ini dibanderol tarif mulai Rp300 ribu.

Di Desa Jatiluwih, wisatawan juga dapat menyaksikan tarian tradisional. Tarian ini disuguhkan oleh muda mudi setempat dan setelah tarian selesai, wisatawan dapat berfoto dengan penari.

Dikutip dari Regional Liputan6.com, Kamis, 7 April 2022, salah satu atraksi yang juga bisa ditemui di Jatiluwih adalah matekap atau membajak sawah. Wisatawan dapat menikmati sensasi berkegiatan seperti warga setempat.

Selain itu, Kabupaten Tabanan adalah penghasil beras terbesar di Bali. Jatiluwih salah satu desa penyumbangnya.

Jatiluwih terkenal dengan beras merahnya. Warga setempat memanfaatkan beras merah untuk diolah menjadi minuman yang amat khas, yakni teh beras merah.

Teh beras merah menjadi menu favorit bagi sejumlah wisatawan jika sedang berkunjung ke Jatiluwih. Hampir sebagian besar warung-warung yang ada di desa wisata Jatiluwih ini menyajikan minuman olahan dari beras merah ini.

Dikutip dari laman resmi Jatiluwih, Kamis, 7 April 2022, daerah Jatiluwih adalah daerah dataran tinggi atau pegunungan, baik untuk areal pertanian dan mata pencaharian sebagian besar penduduk adalah petani. Desa ini memiliki wilayah seluas 2.233 hektare dengan tanah sawah seluas 303 hektare.

Produksi unggulan Jatiluwih adalah padi Bali beras merah cendana untuk sektor pertanian, perkebunan meliputi kopi, jambu klutuk, durian, pisang, talas dan ketela. Sementara, komoditas unggulan sektor peternakan adalah sapi Bali, ayam petelur, babi dan ayam buras dan untuk sektor perikanan adalah lele dan mujair.

Desa Jatiluwih juga memiliki potensi yang tidak kalah menariknya dari desa-desa laom. Sesuai dengan topografinya, Jatiluwih adalah salah satu daerah tujuan wisata yang mengedepankan pariwisata alam seperti sawah berundak yang sangat unik.

Wisata religius juga ada karena di Jatiluwih banyak pura yang memiliki daya tarik tersendiri. Pura yang ada terbentang dari utara ke selatan, dimulai dari Pura Taksu, Pura Rsi, Pura Luhur Kawitan Bhujangga Waisnawa, Pura Luhur Petali, Pura Sri Rambut Sedana, Pura Batur, Pura Dukuh, Pura Ulun Siwi dan Pura Panti/Dadia.

Obyek wisata lain seperti air terjun yang airnya masih sangat jernih sekali. Dalam pengelolaan pariwisata Desa Jatiluwih semenjak ditetapkan menjadi Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO terbentuklah sebuah lembaga khusus dalam bidang Pariwisata yaitu Badan Pengelola Daya Tarik Wisata Desa Jatiluwih yang dalam pelaksanaan kegiatan dibentuk Manajemen Daya Tarik Wisata Desa Jatiluwih.

Di sebelah utara Jatiluwih berbatasan dengan hutan negara, di sebelah timur dengan Desa Senganan. Kemudian, Jatiluwih di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Babahan dan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Wongaya Gede.

Sementara, Jatiluwih konon berasal dari kata Jaton dan Luwih. Jaton berarti jimat dan luwih berarti bagus. Berdasarkan arti kata itu, Desa Jatiluwih berarti desa yang mempunyai jimat yang benar-benar bagus. (AGP/AR)

Sumber: liputan6.com

 

   Send article as PDF