Inovasi Teknologi Perbenihan Kopi Arabika di Tingkat Petani

(NS7) – Bali sebagai pulau agraris akan tetap mengupayakan sektor pertanian sebagai salah satu sumber pendapatan daerah yang selalu bersinergi dengan pengembangan kawasan wisata. Misalnya, secara kuantitatif sebagian besar wilayah pedesaan masih tetap menggantungkan kehidupannya pada kegiatan ekonomi yang masyarakatnya  bekerja di sektor pertanian. Hal ini mengindikasikan bahwa pertanian diharapkan akan tetap berperan lebih banyak khususnya sebagai poros tengah penggerak pembangunan dimana mempunyai keterkaitan yang sangat erat dengan sektor-sektor lainnya.  Dalam era milleniual ini sector pertanian semakin didorong berkembang menuju pertanian modern yang  berwawasan agribisnis yang berbasis ekonomi kerakyatan dengan pemberdayaan sumberdaya secara efisien yang mengakar di pedesaan.  Dengan demikian maka pedesaan akan merupakan titik sentral pembangunan wilayah dimana sumberdaya berada di wilayah pedesaan dan sering digunakan istilah “rural resources based” (Zuhal, 2006).  Dengan demikian, rangkaian kegiatan ekonomi masyarakat petani khususnya petani kopi terus mengedepankan keunggulan komparatif dan kompetititf yang memiliki nilai tambah tinggi.  Disinilah peranan teknologi pertanian dalam meningkatkan nilai status suatu komoditas menjadi sangat penting.

Komoditi pertanian khususnya tanaman kopi yang dalam era milenium ini semakin  banyak dikenal oleh masyarakat umum  merupakan komoditi yang memiliki banyak peran antara lain memiliki peran dalam aspek social maupun ekonomi. Pada aspek sosial di Bali kopi adalah minuman penerima tamu serta sebagai penutup acara hajatan. Bernilai ekonomi tinggi karena kopi adalah tanaman penyegar, beraroma kenikmatan, bergaya milenial, menyehatkan sehingga nilai tambahnya tinggi. Sementara dalam peran lingkungan hidup kopi merupakan tanaman hidroorologis berperan menjaga kelestarian sumberdaya lahan sebagai penyangga tanah agar tidak longsor serta penahan air dan konservasi.

Kopi BaliKopi Bali

Tanaman kopi khususnya kopi arabica berkembang di kawasan dataran tinggi beriklim basah dimana sampai dengan tahun 2007, sentra produksi kopi arabika di Bali terluas berada di Kabupaten Bangli dengan luas areal 3.935 ha dan produksi 1.661,328 ton dan sebagan besar (sekitar 92,52 %) produksi berasal dari Kecamatan Kintamani. Sedangkan sentra kopi robusta berada di Kabupaten Buleleng dengan luas areal 10.774 Ha dan produksi 5.902.949 ton (Statistik Perkebunan Bali 2007; Dinas Perkebunan Provinsi Bali Tahun 2008). Dalam kawasan pengembangan kopi organic di Bali maka peran SIMANTRI (sistim pertanian terintegrasi) antara kopi / tanaman dengan aspek ternak diperlukan untuk mendukung pengembangan kopi organik.  Agar kualitas kopi tetap berkembang maka pendampingan teknologi kopi dan integrasinya sangat dibutuhkan yang menyangkut aspek inputan, budidaya, pasca panen, dan distribusi/pemasaran, serta penanganan limbah akibat dampak pengolahan kopi basah dan limbah ternak.

Sehubungan dengan hal tersebut, beberapa program yang telah diaplikasikan di tingkat petani antara lain pemanfaatan pupuk organik cair dari olah limbah kopi olah basah yang berfungsi sebagai pupuk organic dan bio pestisida, serta pemanfaatan limbah padat untuk kompos dalam mendukung peningkatan produksi kopi organic. Dalam mendukung pengembangan pertanian organik maka juga telah dilakukan penguatan kapasitas edukasi petani melalui bintek pengembangan pertanian organic, teknologi olah limbah untuk produksi pupuk, teknologi pembuatan mikroba local (MOL), semua ini dirangkum yang disebut dengan sistim pertanian terintegrasi. Beberapa langkah perbaikan yang dibutuhkan dalam mengembangkan kopi yang memiliki daya saing dan mampu berproduksi tinggi misalnya di kecamatan Sukasada Buleleng antara lain melalui pengadaan benih kopi unggul, peremajaan (disebut pengutuhan populasi) dengan mengganti tanaman yang sudah tua dengan tanaman muda varietas unggul yang dianjurkan, serta  menerapkan teknik budidaya yang benar, baik mengenai sistem penanaman, pemangkasan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, maupun pengaturan naungannya; serta menerapkan sistem pemanenan dan pengolahan yang benar, baik cara pemetikan, pengolahan, pengeringan maupun sortasi.

Dalam tulisan ini di fokuskan pada pengembangan kawasan kopi arabika yang dimulai dari pengadaan perbenihan kopi (dulu istilahnya disebut pembibitan tapi sekarang dikenal dengan perbenihan) yang didiseminasikan teknologinya ke tingkat petani. Dalam mendukung pengembangan kopi arabika berkualitas maka ditempuh beberapa langkah yaitu  :

  • Pengadaan Benih Sumber yang Bermutu

Pada tahap awal persiapan pengadaan benih wajib memperoleh benih yang bersertifikat dari instansi yang berwenang, atau dari kebun benih induk dinas perkebunan.

  • Penentuan tempat lokasi perbenihan yang benar dan persiapan lahan untuk perbenihan dalam rumah benih yang memenuhi syarat perbenihan
  • Pendederan benih
  • Penyiapan bedengan-bedengan benih agar benih dapat tumbuh dengan baik untuk benih cabut dan atau penyiapan polybag untuk perbenihan di polibag
  • Pemindahan benih ke bedengan tanam atau ke polybag
  • Perawatan benih sampai berdaun 6-8 sudah siap di sertifikasi

Dalam diseminasi ini juga diintroduksikan pembuatan instalasi bio urine untuk mendukung perbenihan kopi serta aplikasi pemupukan dengan menggunakan bio urine yang dicampur dengan pupuk cair dari olah limbah cair kopi dengan dosis 200 l / ha diencerkan 10 kali serta penggunaan kompos sebagai pupuk dasar dengan dosis 5 ton/ha. Pengukuran  dilakukan dengan melihat visual pertumbuhan saat kopi mulai berdaun 5 pasang saat benih tumbuh sudah siap disertifikasi.

ASPEK PELAKSANAAN

Pada tahap awal persiapan pengadaan benih wajib memperoleh benih yang bersertifikat dari instansi yang berwenang. Dengan sertifikasi dapat diketahui tingkat kemurnian  varietas pada sumber benih maupun benih sumber, sehingga campuran varietas lain dapat ditekan bahkan dihilangkan.  Campuran varietas lain ini dapat menyebabkan potensi produksi yang diharapkan tidak tercapai. Sertifikasi juga merupakan kegiatan pengawasan terhadap mutu benih yaitu mutu genetis, dan mutu fisik. Disamping itu dengan sertifikasi , kondisi sumber benih terawasi sehingga benih yang dihasilkan adalah benih bermutu dari kebun yang terpelihara secara teknis. Sertifikasi yang diperoleh dari proses sertifikasi menunjukan jaminan kepada pengguna benih (konsumen) bahwa benih yang telah lulus sertifikasi merupakan benih yang jelas mutunya dan jelas varietasnya.  Sertifikasi juga menunjukan bukti legal bahwa benih yang dihasilkan produsen dapat dipertanggungjawabkan mutunya. Untuk itu dalam pelaksanaan sertifikasi benih unggul kopi arabika dilakukan tahapan-tahapan kegiatan mulai dari produksi benih sumber bersertifikat yang dihasilkan dari kebun bibit induk atau dari benih di lokasi lain yang telah ditetapkan sebagai benih bersertifikat. Selanjutnya dilakukan proses penyiapan sampai pembuatan benih sampai siap pindah ke kebun petani.

Tujuan dilakukannya pembuatan benih bermutu adalah untuk menghasilkan benih yang berkualitas dan konsisten dengan adaptasinya. Perbanyakan pada kopi arabika secara umum dilakukan dengan teknis perbanyakan generative. Kelebihan kopi arabika adalah kopi ini menyerbuk sendiri sehingga mampu menghasilkan pertumbuhan, mutu dan produktivitas yang seragam. Di Indonesia pada saat ini telah memiliki 5 varietas unggul dengan kelebihannya.  Kelima varietas tersebut adalah S795 tumbuh pada ketinggian >700 m dpl tingkat produksi 1-1,5 ton/ha, varietas Sigarar Utang berkembang pada ketinggian >1000m dpl dengan produktivitas 0,8-2.3 ton/ha, varietas Gayo 1 dan Gayo 2 adaptasi pada ketinggian >1000 m dpl dengan produktivitas sekitar 0.9-1,2 ton/ha serta varietas Kopyol Bali berkembang pada ketinggian >900 m dpl dengan produktivitas 2.2-2.5 ton/ha.

Di daerah Bali varietas kopi Lini S 795 dan Kopyol telah berkembang dan akhir-akhir ini varietas kopyol terus berkembang dengan baik karena memiliki kelebihan yaitu produksi lebih tinggi dan tahan karat daun, nematode dan PBKO. Untuk menghasilkan benih berkualitas maka diperlukan syarat-syarat yaitu harus memiliki viabilitas tinggi, daya kecambah tinggi, serta tahan hama dan penyakit.  Untuk menghasilkan benih bermutu maka kretirea penting adalah pada mutu genetis yaitu asal benih harus dari kebun benih sumber bersertifikat dan kemurnia benih yang 100 persen. Sementara kretirea mutu fisiologis maka daya kecambah benih minimal 80 persen, pada mutu fisik maka kisaran  kadar air harus 35-45 persen, kemurnian fisik biji >80 persen dan bebas dari hama dan penyakit.

Dengan masih rendahnya tingkat persaingan pasar kopi arabika Bali di tingkat domestik dan internasional, maka sangat dibutuhkan adanya pengembangan kopi melalui pembuatan benih bermutu. Selanjutnya sinergi dengan pengembangan TTG di petani adalah untuk mampu menghasilkan input-input organik agar kopi dapat berkembang dengan baik. Beberapa langkah perbaikan budidaya yang dibutuhkan adalah : (a) mengembangkan kopi yang memiliki daya saing dan mampu berproduksi tinggi pada lahan-lahan yang sesuai khususnya pada pengembangan kopi di kecamatan Sukasada Buleleng (sudah memiliki sertifikat organic CU dan Rain forest serta Indikasi geografis); (b) mengganti tanaman yang sudah tua dengan tanaman muda varietas unggul yang dianjurkan (peremajaan); (c) menerapkan teknik budidaya yang benar, baik mengenai sistem penanaman, pemangkasan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, maupun pengaturan naungannya; serta (d) menerapkan sistem pemanenan dan pengolahan yang benar, baik cara pemetikan, pengolahan, pengeringan maupun sortasi.  Dengan peran benih yang bermutu dan peran pemupukan maka akan menghasilkan kualitas produksi kopi yang sangat baik dan konsisten.

Kopi Bali

Dalam pelaksanaan kegiatan perbenihan kopi maka telah dilakukan diseminasi inovasi mulai dari persiapan-persiapan dari tahap awal penetapan lokasi sampai benih tumbuh siap pindah. Secara detail langkah-langkah yang dilakukan  adalah sebagai berikut :

  1. Pembuatan bedengan :
  • Lokasi memenuhi syarat datar atau dibuat teras-teras sehingga tetap datar dengan drainase yang baik, dan mudah di awasi.
  • lebar bedeng 80-120 cm (utara-selatan), atau timur barat sesuai bentuk lahan dan  panjangnya disesuaikan diberi naungan paranet tinggi sebelah barat 125 cm dan sebelah timur 180 cm.
  • Tanah dicangkul ± 30 cm , diisi tanah yg sdh disaring dan pasir halus ± 20 cm
  • Bedengan ditinggikan 20 cm, diberi penahan (disini digunakan bambu) agar tidak mudah longsor
  1. Pendederan benih / Penyemaian

Pada saat persiapan rumah bibit maka dilakukan juga perendaman benih kopi dengan air bersih selama 24-48 jam agar benih siap bertunas. Kemudian dilakukan pendedran benih sampai benih tumbh menjadi pasukan tentara. Dalam pendederan benih maka di atas alah di taburi dengan penutup potongan jerami atau alang-alang atau daun pisang agar tidak kena sinar matahari langsung ataupun hantaman curah hujan.

  1. Penanaman benih tumbuh

Pada saat pembuatan bedengan, maka disiapkan pula plastic hitam perak mengingat saat pesemaian benih curah hujan sangat tinggi sehingga dengan demikian benih yang sudah tumbuh dapat selamat dari hantaman hujan serta gulma tidak tumbuh cepat.  Jarak tanam benih tumbuh di atur sedemikian rupa 2 cm x 5 cm sehingga tanaman dapat berkembang dengan baik. Dalam lahan telah dilakukan pemupukan organic / kompos dimana fermentornya menggunakan mikroba MOL dan EM4. Dalam kegiatan perbenihan ini model yang di terapkan yaitu dengan tanam langsung (benih cabut). ggunakan polybag dan tanam langsung.

  1. Pemeliharaan

Dalam pemeliharaan benih maka selalu dijaga agar benih dapat berkembang dengan baik yaitu tingkat kelembaban, penyiraman dan pemupukan. Mengingat BPTP telah menghasilkan pupuk cair dan telah diteliti mampu memberi pertumbuhan baik maka selain pupuk organic lainnya maka pupuk ini juga akan diaplikasikan. Sementara intensitas cahaya akan terus ditingkatkan secara bertahap.

Dari sisi pertumbuhan tanaman maka dengan sistim cabut maupun sistim polybag tidak menunjukkan perbedaan pertumbuhan. Terdapat kelebihan dan kekurangan dari dua sistim yang digunakan ini. Pada perbenihan dengan sistim cabut maka pemeliharaan benih tumbuh memakan waktu yang lebih lama karena kebiasaan para petani kopi arabika di desa Wanagiri kecamatan Sukasada Buleleng ingin mempertahankan akar pancar yang tetap lurus serta menanam benih tumbuh yang sudah berumur sekitar setahun dan selalu dilakukan pada musim hujan. Sementara apabila dibandingkan dengan benih yang ditumbuhkan dalam polybag agar akar pancar dapat dipertahankan lurus maka harus ditanam saat tanaman sudah berdaun 4-5 pasang. Bila lewat dari umur ini maka akar pancar dalam polybag akan melingkar. Pengalaman para petani apabila menanam dengan kondisi akar melingkar dalam polybag, maka saat tanaman berbuah dan bila terjadi angin keras / putting beliung maka tanaman ini roboh dan petani merasa rugi. Faktor lainnya adalah bila menanam dengan model polybag maka para petani akan sibuk memelihara tanaman karena tanaman masih kecil.

Untuk mendukung berkembangnya tanaman dengan baik, maka diintroduksikan instalasi pengolah limbah urine ternak untuk difermentasi menjadi pupuk cair bio urine

Dalam aspek pemeliharaan maka pengaruh dari aplikasi pupuk cair dari limbah cair kopi dicampur dengan bio urine dan pupuk dasar kompos 5 ton/ha memberikan pertumbuhan yang lebih baik bila dibandingkan dengan hanya menggunakan kompos saja berdasarkan tampilan secara visual. Dalam diseminasi ini kondisi tersebut berlaku untuk model penggunaan polybag maupun sistim benih cabut.

Dalam mendiseminasikan teknologi perbenihan kopi arabika maka tahapan-tahapan prosedur membuat benih tumbuh wajib dilakukan sejak mulai mendapatkan biji benih kopi. Dalam proses yang dilalui maka tetap penting melakukan perlakuan pemupukan sehingga pertumbuhan benih baik sehingga bila sudah dipindahkan ke lahan kebun tanaman dapat tumbuh dengan baik. Pertumbuhan yang baik akan memberikan potensi produksi yang baik. Dalam mendukung berkembangnya tanaman maka petani perlu melakukan pengolahan pupuk cair sendiri agar mandiri tidak tergantung dari input luar yaitu mengolah limbah cair kopi serta limbah urine ternak untuk pupuk cair. Dalam diseminasi ini maka aplikiasi pemupukan bio urine di campur dengan pupuk cair dari limbah kopi dan pupuk dasar kompos memberikan pertumbuhan yang lebih baik dibanding dengan hanya menggunakan kompos saja seperti kebiasaan para petani.

Penulis: I Ketut Kariada
(GP/NS7)

Print Friendly, PDF & Email
   Send article as PDF