Kanda Pat Rare

(NS7) – Setelah Manik itu membentuk huruf wong (Ong), bagaikan kanu, maka keluarlah “Catur Kanu”.
Catur artinya empat, Kanu artinya saudara. Jadi Catur Kanu artinya saudara empat. Nama-nama saudara ini antara lain : Abra, Kered, Ugyan dan Lemana. Adapun Catur sanak : yeh nyom ( airketuban), getih (darah), ari Ari, lamas.

Sedangkan menurut buku Upacaran Manusa Yajna, nama-nama tersebut sedikit berbeda, akan tetapi pada dasarnya sama saja, yaitu : Babu Abra, Babu Kakere, Babu Sugian dan Babu Lembana. Selanjutnya, setelah janin itu berumur 20 hari,

Catur Kanu itu berubah yaitu : Anta, Preta, Kala dan Dengen. Yang bernama Anta adalah ari-ari, yang bernama Preta adalah banah/lamas,kala adlh getih, yang bernama Dengen adalah yeh nyom (air ketuban). Sedangkan bayi itu sendiri bernama I Pung. Setelah bayi itu lahir. Maka nama-nama itu berubah lagi, yaitu : I Makair, I Mokair, I Jelair/Salahir dan Salabir, itu diberikan pada saat kepus pungsed (lepasnya tali pusat si bayi). Sedangkan nama si bayi sendiri ialah I Tutur Menget.

Setelah anak itu bisa memanggil bapa dan ibu, bisa berjalan, mulai saat ini mereka melupakan persaudaraan dan saling berpisah. Mereka pergi menuju tempat masing-masing. I Salahir pergi ke timur, I Jelair pergi ke selatan, I Makair pergi ke barat dan I Mokair pergi ke utara. Setelah berada di tempatnya masing-masing mereka kemudian mendapat anugrah bhetara, sehingga menjadi sakti dan namanya pun berganti.

Yang di timur bernama I Anggapati, yang di selatan bernama I Mrajapati, yang di barat bernama I Banaspati, dan yang di utara bernama I Banaspati Raja.

Sesudah itu Ida Bhatara Siwa Guru bersabda;
“wahai kamu sekalian pulanglah kamu ke dalam diri saudaramu I Legaprana/Buta Kala Dengen.

I Anggapati masuk lewat mata, bertempat di pepusuh (jantung).
I Mrajapati masuk lewat telinga, bertempat di hati,
I Banaspati kembali lewat hidung, bertempat di limpa.
I Banaspati raja kembali lewat mulut bertempt di empedu”.
Maka dari itu, seseorang hendaknya tidak melupakan Sang Catur Sanak:
“Yan sira lali asanak ring sanakta, sanakta lali asanak lawan kita, ika kengetaken sai-sai”.

Artinya : Jika seseorang lupa bersaudara kepada saudara empatnya (Sang Catur Sanak), saudara-saudaranya itu lupa pula bersaudara kepada dia, itu hendaknya di ingat terus menerus. Pada hakekatnya, Sang Catur Sanak itu tidak lain adalah kekuatan-kekuatan gaib panca mahabhuta, sebagai bahan dasar pembentukan tubuh manusia. Seperti kekuatan gaib angin, kekuatan gaib api, kekuatan gaib tanah, kekuatan gaib air, dan kekuatan gaib angkasa. Bila itu tidak di pahami, kita pun tidak akan mendapatkan kegaibannya.

Begitulah taksu orang Bali. Tapi jika tidak mengindahkannya maka kehancuran pun akan datang, semua akan sirna dan berbuah menjadi malapetaka.

Begitulah luar biasanya Taksu manusia Bali yang diberkati oleh unsur unsur kedewataan. Termasuk Dasa Aksara dan Dewata Nawa Sanga Berstana di dalam tubuh manusia Bali. Itulah sebabnya manusia Bali dari mulai benih di dalam kandungan, lahir, hidup sampai mati pun di upakarai, disucikan dengan Banten Upakara Yadnya

Ajaran leluhur manusia Bali menyatakan tubuh manusia bukan sekedar wadag kasar tetapi merupakan replika dari Bhuana Agung yang disebut Bhuana Alit. Jika kita percaya bahwa semua unsur kekuatan ada di Bhuana Agung /alam semesta, berarti semua rahasia kekuatan itu terdapat juga di dalam tubuh manusia untuk itulah ajaran Kanda Pat sebagai kunci pembuka untuk mengetahui Rahasia kekuatan semesta yang ada dalam tubuh manusia dan memungkinkan bagi manusia Bali untuk melakukan Transformasi dan Evolusi mencapai tingkatan alam yang lebih tinggi menyatu dengan Hyang Widhi yang disebut dengan Amor Ring Acintya.

Kanda Pat dansemua pengetahuan leluhur manusia Bali adalah pengetahuan dan Teknologi ilahi intisari dari Yantra Weda atau Weda Tanpa Tulis, artinya Pengetahuan yang didapat lewat tapa Berata Yoga Semadi para leluhur jaman dahulu yang kini diwariskan dalam bentuk sastra-sastra yang tersurat di dalam lontar-lontar kuno.
Pengetahuan ini mampu membuka simpul-simpul kesadaran murni manusia secara cepat untuk mencapai kesempurnaan hidup, kesehatan, keselamatan, kebahagiaan dan kedamaiaan.

Penulis : Raymond Wijaya
Editor : Gung Pram
(GP)

Print Friendly, PDF & Email
   Send article as PDF