(ns7) — Peneliti bidang mikrobiologi dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Sugiyono Saputra menyebut varian baru Delta Covid-19 bernama AY.4.2 belum ditemukan di Indonesia.
Sebelumnya AY.4.2 yang merupakan subvarian dari strain delta virus corona itu ditemukan pertama kali di Inggris. Varian tersebut merupakan turunan dari garis keturunan SARS-CoV-2 yang baru-baru ini frekuensinya telah meningkat di Inggris.
Varian tersebut diklaim sebagai keturunan dari varian Delta B.1.167.2 yang telah dikonfirmasi Kementerian Kesehatan Israel juga menyebut varian AY.4.2 telah sampai
“Sepertinya kalau AY.4.2 belum ditemukan di Indonesia. Belum ada info sudah masuk atau belum ke Indonesia. Yang sudah ada itu AY.4 alias B.1.617.2.4. Ini jenis varian yang berbeda. Tapi mereka sama-sama dominan di Inggris,” kata Sugiyono kepada CNNIndonesia.com, Kamis (21/10).
Spike Y145H dan A222V ditemukan dalam garis keturunan varian Delta B.1.177 yang berkembang di Eropa pada musim panas 2020.
Namun, dari analisis dan tindak lanjut yang dilakukan menunjukkan bahwa garis keturunan tersebut kemungkinan tidak memiliki keunggulan transmisi yang melekat.
Penyebarannya kemungkinan besar disebabkan oleh proses demografis, seperti yang dikemukakan sciencemediacentre.org belum lama ini.
“Tetapi kami telah belajar bahwa mutasi dapat memiliki efek yang berbeda, terkadang tidak terduga, pada jenis yang berbeda,” ungkap Profesor Francois Balloux, Direktur Sistem Komputasi di Institut Genetika UCL sekaligus Profesor Biologi.
Saat ini, varian AY.4.2 sedang dipantau secara ketat di Inggris dan di tempat lain. Sebelum menjauh ke Israel, diketahui hanya ada tiga kasus yang terdeteksi di Amerika Serikat terkait varian tersebut.
Di Denmark, negara selain Inggris yang dianggap memiliki pengawasan genomik yang sangat baik, frekuensi varian baru tersebut disebut sudah mencapai 2 persen. Akan tetapi penularannya telah turun sejak lama.
“AY.4.2 masih pada frekuensi yang cukup rendah dengan peningkatan 10 persen dalam penularannya dan hanya menimbulkan sejumlah kecil kasus tambahan. Sebab itu, keberadannya tidak mendorong peningkatan jumlah kasus baru-baru ini di Inggris.”
(BT)
Sumber: (Cnn.indonesia)