Lontar Tanpa Tulis Memahami Rwa Bhineda (Bagian-1)

(NS7) – Dalam keyakinan agama hindu bali atau gama tirta di Bali, dimana dalam keyakinan gama tirtha, manusia sejatinya berwujud 3 yakni Bhuta, Manusa dan Dewa. Pertanyaannya, kapan manusia itu disebut Bhuta? kapan manusia itu disebut manusa/jatma? kapan manusia itu disebut dewa?

Manusia disebut Bhuta biasanya pada saat manusia dikuasai oleh sifat tamas, yang selalu agresif, egois, mengutamakan kepentingan pribadinya saja, serta sifat-sifat keraksasan yang telah dipaparkan dalam agama. tetapi apabila sifat bhuta ini dapat dikuasai, maka sosok manusia akan disebut rajabhuta yaitu penguasa bhuta-kala yang sering digunakan dalam hal ilmu kawisesan, baik ilmu pengleakan, maupun ilmu lainnya yang bersifat agresif dan digunakan untuk menyerang musuhnya.

Manusia disebut dewa, pada saat manusia dikuasai oleh sifat satwam, yang dominan luwes, tenang, monoton, tertutup, tidak terpengaruh serta sabar. Sifat ini tergambarkan seperti seorang dewa atau pendeta tua yang selalu memaafkan dan bijaksana.

Manusia dikatakan jatma atau manusa pada saat manusia dibawah sifat rajas, pada saat seserang mencapai keseimbangan antara sifat dewa dan bhuta, sehingga pada saat ini manusia menjadi lebih terbuka, bersosialisasi, dan mampu beradaptasi. kata manusa (manu+sesana) dapat diartikan manut sesana (manu = orang, sesana=kewajiban/dharma), dapat juga disebut jatma (ja=lahir/reinkarnasi, atma=percikan terkecil tuhan).

pertanyaan berikutnya, apakah mungkin seorang manusia menjadi seperti dewa? bukankah itu mustahil?

mari kita perhatikan sloka berikut ini:

Dvita yo-abhud amrto martyesva hota mandratamo visi – Rgveda VIII.71.11

artinya:

“…dia sumber kebahagiaan yang menghuni hati semua orang, yang abadi, yang diam dalam diri manusia dalam 2 bentuk; sebagai tuhan dan sebagai jiwa perseorangan (atma)”

Tasmad vai vidvan purusam idam brahmeti manyate, sarva hyasmin devata gayo gosti ivasate – Atharvaveda XI.8.32

artinya:

“…orang yang mengetahui (paham) mengangapNya sebagai brahman, sesungguhnya semua dewata ada dalam diriNya..”

devaso hi rma manave samanyavo visve sakam saratayah – Rgveda VIII.27.14 (Yayurveda)

artinya:

“…sesungguhnya para dewa sejiwa dengan manusia, semua memiliki kemuliaan..”

Dengan merujuk pada 3 sloka diatas, dapat disimpulkan bahwa ajaran spiritual Bali yang memuat keyakinan bahwa dalam diri manusia ada para dewa yag berstana begitu pula ada para bhuta-kala juga yang tinggal sangatlah beralasan. Faktanya dapat dilihat dari beberapa mantra kawisesan di Bali yang berisikan kalimat “dewa nembah, bhuta nembah ring aku” yang artinya dewa dan bhuta kala menyembah manusia. kapan seorang manusia bisa mencapai tahap tersebut? tentu saja pada saat manusia mengenali jati dirinya, dengan jalan mempelajari tutur agama dan mendalami spiritual kawisesan.

Kanda Pat Bhuta, Kanda Pat Manusa dan Kanda Pat Dewa

Secara umum, ajaran Kanda Pat mengajarkan kita untuk ingat pada jati diri, ingat juga dengan saudara spiritual yang lahir bersama kita, yang selalu bersama kita, menjaga dan melindungi kita. Merujuk pada 3 sifat manusia diatas: bhuta – manusa – dewa, maka ajaran kanda pat intinya mengajarkan 3 point penjabaran sifat manusa tersebut. sehingga munculah ajaran: Kanda Pat Bhuta, Kanda Pat Manusa, dan Kanda Pat Dewa.

Dalam perkembangannya, ajaran Kanda Pat Manusa berkembang lagi, mengikuti jaman dan tingkat spiritual dari guru yang mengajarkan. tetapi pada umumnya ajaran Kanda Pat Manusa lebih dalam menjadi 3 diantaranya: Kanda Pat Rare (manusia saat balita), Kanda Pat Manusa (saat manusia remaja), Kanda Pat Sari (saat manusia beranjak dewasa/tua).

Kanda Pat Dewa juga berkembang seiring jaman, sehingga dalam perkembangannya ada disebut dengan Kanda Pat Atma, Kanda Pat Kamoksan dan lain sebagainya.

Kanda dapat diartikan sebagai kakak (kakanda), teman, atau memutar pengetahuan (mekanda) sedangkan Pat artinya empat, jadi bila ajaran Kanda Pat ini ada banyak versi sangatlah wajar, yang belakangan perkembangannya hingga 22 Kanda Pat. (bersambung)

Penulis: Raymond Wijaya
Editor: Gung Pram
(GP/NS7)

Print Friendly, PDF & Email
   Send article as PDF