Makna Ruwatan Sanan Empeg di Bali, Tradisi yang Masih Asing

Nusantara7.id – Masyarakat Hindu di Bali memiliki banyak ritual atau upacara ruwatan yang berhubungan dengan kelahiran atau perjalanan hidup seseorang. Secara umum, umat Hindu melakukan upacara ruwatan untuk menetralisir pengaruh buruk yang berhubungan dengan hari lahir, maupun kondisi-kondisi tertentu pada seseorang yang diupacarai. Ruwatan yang paling populer adalah Sapuh Leger untuk anak yang lahir pada hari wuku Wayang.

Selain Sapuh Leger, ada juga ruwatan yang dikenal dengan upacara Nebusin Sanan Empeg. Seperti apa upacara atau ritual yang masih asing atau jarang dikenal ini? Yuk, simak penjelasannya.

1. Makna Sanan Empeg

Dikutip dari jurnal berjudul Penggunaan Tenun Endek Sanan Empeg Pada Pelaksanaan Upacara Otonan, Sanan Empeg berasal dari dua kata yaitu sanan dan empeg. Sanan memiliki arti alat yang digunakan untuk mengangkat. Sedangkan empeg berarti hampir patah.

Jika digabung, memiliki makna sebagai alat penyelamat agar tidak patah. Dalam artian sebagai penyelamat hidup seseorang dari pengaruh negatif. Selain itu, Sanan Empeg juga bisa sebagai alat penolak bala bagi orang yang diupacarai.

2. Tujuan dari nebusin Sanan Empeg

Lalu, apakah itu Nebusin (ruwatan) Sanan Empeg? Nebusin Sanan Empeg adalah upacara ruwatan bagi seseorang yang kakak dan adiknya meninggal lebih dulu. Dengan kata lain, keadaan ini juga disebut dengan apit pati. Upacara ini bertujuan agar seseorang dengan kelahiran Sanan Empeg bisa mendapatkan umur yang panjang (Bahasa Balinya adalah dirgayusa).

Seperti halnya upacara ruwatan lainnya, upacara Nebusin Sanan Empeg berfungsi untuk menetralisir pengaruh-penguruh buruk atau tidak baik pada diri manusia. Fungsi lainnya adalah memohon keselamatan kepada Sang Pencipta (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) agar orang yang diupacarai tersebut menjadi orang baik, berguna bagi diri dan orang lain.

3. Menggunakan sarana Kain Tenun Endek yang khusus

Keunikan dari Nebusin Sanan Empeg adalah penggunaan Kain Endek khusus sebagai pelengkap sarana upacaranya. Kainnya diberi nama Kain Tenun Endek Sanan Empeg. Motif tenunnya terdiri dari tiga kotak-kotak yang tidak menyatu atau patah-patah. Motif seperti ini dipercaya memiliki kekuatan magis sebagai penolak bala dari kekuatan negatif yang mengganggu.

Jadi orang yang melakukan upacara Nebusin Sanan Empeg ini pasti akan memakai Kain Tenun Endek Sanan Empeg. Namun sebelum menggunakannya, orang tersebut terlebih dahulu menjalani upacara mabyakala atau mabyakaon atau upacara pembersihan diri secara niskala (tidak terlihat atau gaib atau rohani).

Kain Tenun Endek Sanan Empeg punya nilai sakral, karena tidak setiap orang bisa memakainya. Hanya orang-orang yang lahir dalam kondisi Sanan Empeg saja yang boleh memakainya. Penggunaan Kain Endek khusus dalam prosesi ini diyakini akan membuat orang yang diupacarai menjadi lebih yakin, dan percaya terhadap kebesaran Ida Sang Hyang Widi Wasa.

Selain itu, seseorang yang diupacarai bisa dihindarkan dari gangguan-gangguan yang tidak diinginkan dan bahaya kematian. Secara umum, kainnya punya banyak fungsi sebagai pelengkap upacara, penolak bala, keselamatan, dan fungsi sakral.

Setiap orang pastinya tidak menginginkan kelahiran dengan kondisi-kondisi seperti di atas. Namun kembali lagi, Sang Penciptalah yang menjadi penentunya. Untuk menjalani ruwatan sebaiknya berkonsultasi dulu dengan pihak-pihak yang memang mengerti akan hal ini, agar upacara yang dilakukan tidak salah atau mubazir. (AGP/YD)
Source : bali.idntimes.com

Print Friendly, PDF & Email
   Send article as PDF