(NS7) – Sayuran tidak hanya bisa dijual di pasar lokal, tetapi juga berpotensi besar diekspor ke mancanegara. Produk hortikultura ini memang rentan mengalami kerusakan saat didistribusikan tetapi adanya permintaan dari negara lain menjadi peluang ekspor yang sayang jika dilewatkan.
Eksportir sayur-buah sekaligus Fasilitator Pelatihan Ekspor PPEI Kementerian Perdagangan (Kemendag), Dika Rinakuki mengatakan memulai menjadi eksportir sayuran bukan hal yang sangat rumit seperti yang dibayangkan. Karena itu dia memberikan beberapa tips bagi eksportir sayuran pemula.
Berikut beberapa tips jika ingin mulai menjadi eksportir sayuran:
- Pahami dan persiapkan produk dengan baik
Dika menjelaskan pengetahuan tentang produk (product knowledge) adalah hal penting bagi seorang penjual. Calon eksportir harus memahami dengan baik produk yang ditawarkan kepada calon buyer di luar negeri.
“Jadi kalau kita punya pengetahuan yang sangat baik terhadap produk yang ditawarkan maka itu bisa menjadi salah satu kekuatan kita,” ujar Dika dalam “Bimtek Mendulang Devisa Melalui Ekspor Sayuran Buah” secara virtual, Selasa (5/10/2021).
- Pahami kebutuhan dan permintaan calon buyer
Dalam hal ini, calon eksportir harus memahami secara jelas apa yang diminta calon buyer terkait spesifikasi, kemasan dan label produk.
- Hindari pemberian sampel terbaik
Dika mengingatkan agar calon eksportir jangan memberikan sampel terbaik dari produk yang ditawarkan. Alasannya konsistensi kualitas menjadi hal yang penting dalam ekspor sayuran.
“Ketika dimintakan sampel produk, jangan berikan yang terbaik karena itu berbahaya. Karena produk terbaik bukan merupakan produk rata-rata yang bisa dihasilkan. Berikan saja produk dengan kualitas 80 persen rata-rata dari kemampuan kita,” jelasnya.
Jika memberikan sampel terbaik, lanjut dia, ternyata eksportir tidak mampu menghasilkan produkdengan kualitas seperti sampel, buyer akan mengklaim produk tidak sesuai dengan sampel.
- Cek terlebih dahulu reliabilitas calon buyer
Sebelum mengirimkan produk sayuran, sebaiknya cek terlebih dahulu apakah calon buyer benar, baik atau tidak. Pengecekan calon buyer bisa dilakukan melalui Atase Perdagangan di negara tujuan ekspor atau kantor ITPC (Indonesia Trade Promotion Center).
“Jangan sampai calon buyer hanya ingin memanfaatkan situasi atau jangan-jangan malah menipu, barang sudah dikirim ternyata tidak dibayar,” kata Dika.
- Cegah perubahan suhu drastis
Upayakan produk sayuran tidak mengalami perubahan suhu drastis selama panen, pemrosesan dan dalam perjalanan.
- Andalkan forwarder dalam prosedur ekspor
Untuk para eksportir baru yang belum tahu prosedur dan penyiapan dokumen ekspor bisa memanfaatkan forwarder.
“Siapin barang dengan baik, siapin kemasan dengan baik, pastikan keinginan buyer. Biarkan forwarder yang akan mengurusi ekspornya. Nanti lama-lama eksportir baru akan belajar bagaimana mengurus prosedur ekspor produk sayuran,” lata Dika.
- Responsif menjawab pertanyaan buyer
Menurut Dika, sikap responsif terhadap calon buyer menjadi hal wajib dalam bisnis ekspor. Jika informasi yang diminta belum tersedia, bersikap terbuka kepada calon buyer sambil terus mencari informasi.
“Rantai bisnis internasional itu panjang, jadi tidak bisa menggantungkan sesuatu itu lama-lama. Kalau tidak responsif itu akan menyulitkan calon buyer,” kata Dika.
- Membangun hubungan jangka panjang
Dika mengungkakan seringkali eksportir Indonesia dikenal suka melakukan hit and run.
“Saya seringkali mendengar orang Indonesia itu juga dikenal suka hit and run, jadi cuma ngerjain sekali mereka untung tapi tidak diperhatikan lagi kualitas produknya dan kerja sama seterusnya,” ungkap Dika.
“Dalam kerja sama jangka panjang tentu ada saat di mana kita harus menerima kita yang salah dengan risikonya. Kadang-kadang kita juga harus bisa menunjukkan bahwa itu bukan kesalahan kita,” tambahnya.
Sumber : Sariagri
(GD)