Mengapa Stres Bisa Turunkan Berat Badan?

KOMPAS.com – Bagi banyak orang, stres dapat berdampak langsung pada berat badan mereka. Melansir dari Healthline, kemungkinannya ada dua, yakni seseorang dapat mengalami penurunan berat badan atau penambahan berat badan. Dalam beberapa kasus, stres memang dapat menyebabkan seseorang melewatkan makan dan tidak memiliki selera makan sama sekali.
Selain itu, stres juga bisa membuat seseorang memilih makanan yang buruk. Sering kali, perubahan ini hanya bersifat sementara. Berat badan seseorang akan kembali seperti normal ketika stres berlalu.
Gejala penurunan berat badan karena stres Stres dapat menyebabkan lebih dari sekadar penurunan berat badan yang tidak terduga. Ada beberapa gejala ketika seseorang mengalami kondisi tersebut.

Berikut ini beberapa gejala yang mungkin dialami.

  • sakit kepala
  • gangguan pencernaan
  • sakit dan nyeri
  • otot tegang
  • perubahan suasana hati
  • kelelahan
  • kesulitan jatuh atau tetap tertidur
  • kesulitan dengan memori jangka pendek
  • peningkatan denyut jantung
  • penurunan gairah seks

Penyebab stres bisa turunkan berat badan Saat seseorang mengalami stres, ia mungkin terlibat dalam perilaku yang berbeda dari biasanya, seperti bekerja saat makan siang atau begadang untuk memenuhi tenggat waktu yang penting. Gangguan ini dapat memperburuk reaksi internal tubuh terhadap stres.

Di bawah ini beberapa penyebab penurunan berat badan karena stres.

  1. Respons seseorang terhadap stres dapat mempercepat metabolisme

Saat seseorang stres, tubuhnya masuk ke mode ketika ia harus memilih untuk melawan atau lari. Mekanisme fisiologis ini dikenal juga sebagai respons stres akut yang dapat memberi tahu tubuh untuk merespons ancaman yang dirasakan. Tubuh pun mempersiapkan diri untuk melepaskan hormon, seperti adrenalin dan kortisol. Adrenalis mempersiapkan tubuh untuk aktivitas berat, tetapi dapat meminimalkan keinginan untuk makan. Sementara itu, kortisol memberi sinyal kepada tubuh untuk menekan sementara fungsi-fungsi yang tidak penting selama stres, termasuk respons sistem pencernaan, kekebalan, dan reproduksi.

  1. Hiperstimulasi dapat menyebabkan gangguan gastrointestinal

Tubuh akan memperlambat pencernaan sehingga hanya fokus pada cara merespons stres.

Kondisi ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan gastrointestinal, seperti berikut.

  • sakit perut
  • maag
  • diare
  • sembelit

Stres kronis dapat memperkuat gejala-gejala ini dan menyebabkan kondisi mendasar lainnya, seperti sindrom iritasi usus besar . Perubahan pada sistem pencernaan dapat menyebabkan seseorang makan lebih sedikit sehingga menyebabkan penurunan berat badan.

  1. Hiperstimulasi dapat memengaruhi kemampuan tubuh untuk memproses dan menyerap nutrisi

Saat seseorang mengalami stres, tubuhnya memproses makanan secara berbeda. Stres memengaruhi saraf vagus yang memengaruhi cara tubuh untuk mencerna, menyerap, dan memetabolisme makanan. Gangguan ini dapat menyebabkan peradangan yang tidak diinginkan.

  1. Melakukan aktivitas fisik

Beberapa orang menggunakan aktivitas fisik untuk mengatasi stres. Meskipun dorongan endorfin yang dipicu oleh olahraga dapat mengurangi stres, melakukan lebih banyak aktivitas fisik daripada biasanya dapat menyebabkan penurunan berat badan yang tidak terduga.

  1. Gangguan tidur mempengaruhi produksi kortisol

Stres dapat membuat sulit untuk tertidur. Kondisi ini juga dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang sehingga membuatnya merasa lesu dan lelah. Gangguan ini dapat memengaruhi produksi kortisol yang dapat memengaruhi metabolisme seseorang sehingga kebiasaan makan pun dapat terpengaruh.

Penulis : Galih Pangestu Jati
Editor : Galih Pangestu Jati
Sumber : Kompas.com

(ACP)

   Send article as PDF   

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *