(NS7) – Hari Raya Galungan dan Kuningan merupakan upacara keagamaan umat Hindu. Hari Raya Galungan diperingati setiap 6 bulan atau 210 hari menurut penanggalan Bali. Sedangkan, Hari Raya Kuningan dirayakan tepat 10 hari setelah Galungan.
Mengutip situs resmi Dinas Pariwisata Kabupaten Buleleng, Hari Raya Galungan adalah upacara untuk memperingati terciptanya alam semesta jagad raya beserta seluruh isinya. Kemudian, Hari Raya Kuningan digelar untuk memohon keselamatan dan kedamaian dari para Dewa.
Pengertian Hari Raya Kuningan
Mengutip buku Widya Dharma Agama Hindu SMP kelas 7 tulisan I Wayan Midastra, dkk. (2007:54), Hari Raya Kuningan adalah peringatan untuk memperingati kebesaran Sang Hyang Widhi dalam wujud Sang Hyang Parama Wisesa.
Pada momen tersebut, umat Hindu akan melakukan pemujaan kepada para Dewa untuk memohon kedamaian, umur panjang, dan bimbingan lahir batin dari para Dewa, Bhatara, dan Pitara.
Mereka juga menyiapkan sesajen berisi nasi berwarna kuning sebagai tanda terima kasih atas kesejahteraan yang telah diberikan oleh Hyang Widhi Wase. Selain itu, mereka juga memasang tamiang, endogan, dan kolem.
Tamiang merupakan simbol senjata Dewa Wisnu. Kolem adalah simbol senjata milik Dewa Mahadewa. Sementara itu Endong merupakan simbol kantong perbekalan yang digunakan Para Dewata serta Leluhur ketika berperang dengan adharma.
Upacara keagamaan ini harus selesai sebelum jam 12 siang atau tengai tepet. Sebab, para Dewata, kecuali Bhuta dan Kala sudah kembali ke Kahyangan setelah tengai tepet.
Rangkaian Upacara Hari Raya Kuningan
Pada dasarnya, rangkaian upacara Hari Raya Kuningan tidak jauh berbeda dengan Hari Raya Galungan. Perbedaannya hanya terletak pada sarana dan jenis upakaranya.
Berikut adalah rangkaian upacara Hari Raya Kuningan yang dikutip dari skripsi Makna dan Tata Cara Upacara Hari Raya Kuningan dalam Agama Hindu: Studi Kasus di Pura Agung Tirta Bhuana Bekasi oleh Desy Susanti :
-
Melaksanakan pembersihan pada tempat pelaksanaan upacara secara sekala dan niskala. Pembersihan sekala dilakukan dengan menyapu, sedangkan niskala dengan upakara pengerisikan.
-
Pemasangan sarana-sarana perlengkapan berupa Raja Panggangge, lalu diisi candiga, gantung-gantungan, tamiang, kolem, ter, endogan, dan lainnya.
-
Mengatur persembahan berupa sesajen pada masing-masing lokasi upacara Kuningan.
-
Mengatur seluruh sesajen ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan semua Prabawanya masing-masing pada seluruh tempat pelaksanaan upacara.
-
Sembahyang bersama.
-
Menebar sesajen yang dihaturkan pada Sang Dumadi.
-
Makan bersama dengan semua anggota keluarga.
(YD)
Sumber : kumparan.com