Ogoh-ogoh Desa Adat Dauhwaru Gunakan Bahan Gabah

NEGARA, (NS7) – Desa Adat Dauhwaru menampilkan satu ogoh-ogoh saat Pangrupukan Nyepi lalu. Ogoh-ogoh yang merupakan karya Sekaa Teruna Teruni (STT) Eka Cita Banjar Adat Menega ini sekaligus menjadi salah satu perwakilan lomba ogoh-ogoh tingkat Kabupaten Jembrana. Pada lomba tersebut, ogoh-ogoh “Bawera Gumi Arohara” ini berhasil meraih juara I tingkat Kabupaten Jembrana dan mewakili kabupaten untuk lomba tingkat provinsi.

Bendesa Adat Dauhwaru, I Nengah Rinata mengatakan, dari delapan banjar adat di Desa Adat Dauhwaru, hanya Banjar Adat Menega melalui STT Eka Cita membuat ogoh-ogoh dan menjadi salah satu perwakilan dalam lomba tingkat kabupaten. Ogoh-ogoh ini menggunakan bahan alami berupa gabah (buah padi) menggantikan stereofoam.

Selama pembuatan menjelang Nyepi, desa adat memberikan dukungan moril dan memastikan protokol kesehatan (prokes) dijalankan. Begitu juga, prosedur rapid test antigen bagi 25 peserta juga telah dilakukan. “Saat penilaian kita juga dampingi, bersama-sama dengan kelurahan, babinsa dan bhabinkamtibmas. Dan selama pelaksanaan sekaa teruna teruni melaksanakan dengan tertib,” terang Rinata.

Ogoh-ogoh yang dibuat ini setelah mendapatkan keputusan diperbolehkannya pembuatan dari Gubernur Bali. Sehingga pengerjaan dilakukan secara cepat hingga lembur. Uniknya, ogoh-ogoh ini menggunakan bahan gabah untuk kulit dan bahan-bahan ramah lingkungan yang lain.

Ketua STT Eka Cita, Lanang Darma Wigunanta mengungkapkan, ide bentuk ogoh-ogoh ini secara spontan. Mengingat waktu yang singkat, enam orang tim kreatif langsung membuat kerangka. Saat membuat kerangka itulah baru secara spontan mendapatkan ide bentuk ogoh-ogoh dengan hasil saat ini.

Dalam pelaksanaan meskipun hingga lembur, tetap mengedepankan prokes Covid-19. Dan dari hasil penilaian, ogoh-ogoh STT Eka Cita Banjar Adat Menega ini menjuarai perlombaan tingkat Kabupaten Jembrana. Ogoh-ogoh mendapat support dari desa adat setempat secara moral untuk kreativitas teruna-teruni. Terlebih penggunaan bahan yang digunakan merupakan alami dan ramah lingkungan.

Desa Adat Dauhwaru merupakan salah satu desa adat yang berada di pusat Kota Negara. Dengan jumlah krama 2.500 KK, terbagi di delapan banjar adat di antaranya Banjar Adat Sri Mandala, Sawe Munduk Waru, Sawe Rangsasa, Keladian, Pemedilan, Menega, Waru Mekar dan Dauhwaru. (AGP/RY)

source : https://www.balipost.com/

Baru! Tayangan Video dari Bali Digital Channel
klik: https://s.id/BaliDigitalChannel

#BaliDigitalChannel #Nusantara7

Print Friendly, PDF & Email
   Send article as PDF