SAPI GERUMBUNGAN DI BULELENG

Buleleng, (NS7) – Bali memiliki sejumlah budaya dan tradisi unik yang masih berkembang lestari sampai sekarang ini, salah satu diantaranya adalah Sapi Gerumbungan di Kabupaten Buleleng. Lomba yang menyerupai pacuan sapi tersebut digelar di lapangan desa Kaliasem, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng atau wilayah Bali Utara. Lomba Sapi Gerumbungan dilangsungkan pada hari Minggu disetiap bulan Agustus, dan bisa menjadi salah satu atraksi wisata menarik di Bali Utara.

Jika anda pernah menyaksikan pacuan kerbau di Kabupaten Jembrana yang dikenal dengan Makepung ataupun karapan sapi di Madura, maka anda bisa juga menyaksikan versi lain dari pacuan sapi di Bali dan satu-satunya bisa anda saksikan di Kabupaten Buleleng, walaupun Sapi Gerumbungan bukanlah sebuah lomba adu kecepatan, namun lebih sebagai pergelaran seni, tetapi tetap sanggup menjadi daya tarik daerah tersebut.

Sapi Gerumbungan digelar berdekatan dengan objek wisata Lovina, yang mana merupakan objek wisata terpopuler dan salah satu kawasan pariwisata di kawasan wisata Bali Utara atau Kabupaten Buleleng. Pantai Lovina menyuguhkan keindahan alam pantai dengan suguhan atraksi dolphin atau lumba-lumba di alam bebas termasuk keindahan bawah lautnya dan suguhan sunrise membuat tempat tersebut populer.

Nah di kawasan ini juga sebuah tradisi unik yaitu Sapi Gerumbungan digelar setiap tahunnya, sehingga tradisi yang biasa dinikmati oleh para warga juga bisa dinikmati oleh wisatawan sebagai salah satu hiburan menarik.

Budaya Dan Tradisi Sapi Gerumbungan Di Buleleng

Tidak salah anda mengagendakan acara jalan-jalan tour di Bali dengan mengunjungi objek wisata di Buleleng pada agenda selanjutnya, karena selain menyuguhkan tempat-tempat menarik juga keunikan sebuah budaya dan tradisi Sapi Gerumbungan, bisa menjadi ajang tahunan yang layak dinikmati, ketika anda liburan ke wilayah Bali Utara atau kabupaten Buleleng.

Selain wilayah pesisir dan dan alam pegunungan yang banyak terdapat air terjun, Buleleng juga sebagai daerah agraris sehingga masyarakatnya banyak berprofesi sebagai petani yang identik dengan kegiatan membajak di sawah. Atraksi warisan leluhur ini berawal dari ungkapan kegembiraan para petani karena hasil garapannya yang melimpah.

Kata “gerumbungan” berarti sebuah genta besar, dan genta tersebut digantungkan pada leher-leher sapi. Dalam peserta lomba Sapi Gerumbungan ini, tidak semua jenis sapi bisa ikut, hanya sapi jantan saja, itupun dipilih dari sapi yang berbadan kekar, pemilihan sapi jantan oleh kelompok ternak dengan berbagai kriteria.

Peserta memilih pejantan-pejantan muda untuk disiapkan dalam pementasan Sapi Gerumbungan, sapi tersebut agar bisa pentas dengan gerak langkah yang seragam, ekor sapi melengkung dan kepala mendongak ke atas, tentunya berbeda pada saat anda menyaksikan tradisi Makepung di Negara yang memacu kerbaunya menjadi yang tercepat.

Dalam lomba akan diikutkan sepasang sapi jantan, setelah kedua sapi dipasangi genta besar (gerumbungan) pada leher sapi termasuk dengan segala aksesorisnya, maka kedua sapi tersebut dikaitkan dengan sebatang kayu yang dinamakan uga, di tengah-tengah uga tersebut dipasang lagi kayu sepanjang 3 meter.

Pada ujung kayu belakang tersebut seorang joki berdiri untuk mengendalikan sapi, joki juga harus berhias rapi dan menarik. Genta besar atau sering disebut keroncongan ini menimbulkan suara khas saat sapi terebut berlari.

Aspek penentu dari penilaian dalam lomba tersebut diantaranya jenis sapi yang ikut lomba serta aksesoris yang digunakan menjadi beberapa aspek penilaian, terlebih lagi keserasian gerak langkah sapi menjadi bahan penting untuk penilaian team juri, disinilah diperlukan keahlian seorang joki harus sanggup mengendalikan sapi tersebut, apalagi bisa menyuguhkan atraksi cukup unik, ini akan memberikan nilai tambah.

Budaya dan tradisi unik Sapi Gerumbungan ini menjadi kegiatan rutin, sebagai ajang tahunan yang juga bisa menjadi pendukung dan daya tarik kabupaten Buleleng sebagai daerah tujuan wisata, dan untuk itulah melalui keputusan Bupati tahun 2002 tradisi kuno warisan leluhur ini akhirnya diresmikan oleh pemerintah daerah kabupaten Buleleng.

Dengan demikian tradisi dan kegiatan lomba bisa berlangsung rutin, berjalan tertib dan terprogram baik, digelar terutama saat HUT kota singaraja, Sapi Gerumbungan tersebut diperlombakan memperebutkan piala Bupati, terbilang cukup jarang dilombakan, sehingga penonton seperti warga dan juga wisatawan cukup antusias menyaksikannya.

Kegiatan sapi Gerumbungan ini, digelar hanya dua jam saja mulai pukul 08.00 – 10.00 wita, pada hari Minggu setiap bulan Agustus. Yang cukup menarik, wisatawan yang ingin merasakan menjadi joki, bisa mencoba mengendalikan Sapi Gerumbungan ini dengan panduan pemiliknya, tidak perlu khawatir, karena sapi-sapi tersebut sudah terlatih dan tidak akan mengamuk.

Budaya Dan Tradisi Lainnya Di Buleleng

Di kabupaten Buleleng ini ada sejumlah tradisi warisan leluhur yang masih terjaga sampai sekarang, selain Sapi Gerumbungan, ada tradisi Megoak-goakan, tradisi Ngusaba Bukakak, Gebug Ende dan tradisi Nyakan Diwang. Di Kabupaten Buleleng juga terdapat dua desa yang merupakan warisan jaman pra-sejarah Megalitikum desa tersebut adalah desa Julah dan Sambiran. Banyak hal yang bisa anda nikmati selain memang banyak tawaran objek wisata di Buleleng sebagai tujuan liburan.

Sumber : balitoursclub.net
(GC)

Print Friendly, PDF & Email
   Send article as PDF