(NS7) – Berbicara mengenai sejarah, ada cerita unik sebuah pura yang terletak di Bali. Nama pura tersebut adalah Pura Dalem Balingkang. Terletak di Desa Pakraman Pinggan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Berikut ini sejarah Pulau Dalem Balingkang dari berbagai versi.
Sejarah Pura Dalem Balingkang Berdasarkan Mitos Masyarakat
Raja Sri Jayapangus mempunyai permaisuri yang dijuluki Dewi Mandul sebab telah lama menikah dengan Raja tapi belum kunjung mempunyai keturunan. Raja menjadi sangat khawatir akan generasi penerusnya. Waktu itu Raja memerintah di Bukit Panarajon. Hingga suatu saat Raja Sri Jayapangus bertemu dengan perempuan keturunan China yang sangat cantik ketika berjalan-jalan di pasar. Oleh sebab kecantikan perempuan tersebut serta hasrat ingin memiliki keturunan, Raja menikahinya diam-diam tanpa sepengetahuan keluarga dan jajaran pejabat Kerajaan dan tanpa melakukan upacara yadnya. Tiada Tuhan yang tidak tahu, Bathara Siwa mengetahuinya dan sangat marah. Akhirnya Raja Sri Jaya Pangus diusir dari Bukit Panarajon.
Raja Sri JayaPangus akhirnya meninggalkan kerajaan bersama dua permaisurinya. Perjalanan mereka menuju ke arah timur laut, menuruni bukit menyusuri hutan Selama perjalanan, angin badai dan hujan membasahi mereka tanpa kunjung henti hingga sampai di Gunung. Di Gunung tersebut Raja dan kedua permaisurinya beristirahat dan melakukan semedi untuk meminta petunjuk kepada para Dewa. Beliau mendapatkan petunjuk untuk tetap melakukan perjalanan hingga hujan berhenti. Di situlah nanti Raja Sri Jayapangus di perkenankan untuk mendirikan sebuah kerajaan.
Perjalanan dilanjutkan sesuai petunjuk para dewa yaitu sampai hujan reda di tempat bernama Dharma Anyar. Sebuah tempat pertapaan para Mpu dan Maha Resi. Di tempat itulah beliau membangun keraton kerajaan dan tempat suci yang dinamakan Balingkang.
Pernikahan Raja Sri Jayapangus dan Perempuan China yang dikenal juga dengan nama Dewi Danuh dikaruniai seorang putra bernama Mayadenawa. Ia dinobatkan menjadi raja Bedahulu di Pejeng. Kerajaan Balingkang akhirnya diruntuhkan oleh Kerajaan Majapahit. Bekas kerajaan Balingkang dijadikan tempat sembahyang atau pemujaan.
Sejarah Dalem Balingkang Berdasarkan Kekawin Barong Landung
Dikisahkan dalam kakawin Barong Landung, Raja Sri Jayapangus yang sudah mempunyai istri keturunan Bali Mula bernama Dewi Danuh berniat memperisri Putri China Kang Cing We. Beliau merupakan anak dari pedagang dari China yang kemudian menjadi dayang atau abdi Mpu Lim, seorang penasehat raja. Mpu Siwa Gandu, seorang penasehat raja yang mengetahui hal tersebut tidak menyetujuinya.
Pernikahan antara Raja Sri Jayapanguh dan Kang Cing We tetap dilaksanakan. Akhirnya mpu Siwa Gandu marah, beliau memohon agar terjadi bencana di kerajaan Panarogan tempat Raja Sri Jayapangus memerintah. Hancurlah kerajaan tersebut. Sanga Raja akhirnya pindah mendirikan kerajaan baru di Jong Les yang sekarang lebih dikenal dengan nama Dalem Balingkang.
Raja bersama Dewi Danuh (istri pertamanya) memiliki seorang putra bernama Mayadenawa yang kemudian diberi amanah untuk menjadi Raja Bedahulu. Dewi Danuh moksa. Sementara pernikahan Raja dengan Kang Cing We tidak memiliki keturunan. Akhirnya Raja meminta izin kepada Kang Cing We untuk bersemadi di Gunung Batur seraya memohon untuk diberi keturunan. Sesampai di Gunung Batur Raja bertemu dengan putri cantik yang merupakan jelmaan dari Dewi Danuh. Putri cantik tersebut berniat menggoda semadi Raja. Tergoda lah sang Raja hingga mengaku bahwa Ia belum beristri.
Kang Cing We lama tidak mendengar kabar dari Raja, akhirnya Ia berangkat ke tempat semadi Raja Sri Jayapangus. Sesampai di tempat, Kang Cing We sangat kaget melihat Raja tengah berkekasih dengan seorang putri cantik. Kang Cing We memaki putri tersebut. Dewi Danuh yang merupakan jelmaan dari putri cantik tersebut marah karena merasa dimaki oleh manusia. Ia mengeluarkan api membakar Kang Cing We. Raja menjadi sangat sedih melihat dengan matanya sendiri atas kematian istrinya yang mengenaskan. Dewi Danuh juga menghukum Raja Sri Jaya Pangus sampai menjadi abu sebagai hukuman karena mengaku belum mempunyai istri.
Melihat kedua junjungannya lebur menjadi abu, Rakyat Dalem Balingkang menjadi sangat sedih. Mereka memohon agar dihidupkan kembali kedua junjungannya. Dewi Danuh akhirnya luluh dan menghidupkan mereka kembali. Namun, keduanya dihidupkan kembali dalam bentuk Lingga berupa Barong Landung Lanang dan Istri (Laki-laki dan perempuan). Rakyat diperintah oleh Sang Dewi untuk membawa Barong Landung yang telah dianugerahi dapat memerintah dari alam niskala agar memberikan perlindungan tersebut ke Keraton Dalem Balingkang.
Wisata ke Pura Dalem Balingkang
Salah satu fungsi Pura Dalem Balingkang adalah sebagai tempat sembahyang umat hindu karena dipercayai sebagai tempat istana dari Ida Bhatara Dalem Balingkang yang disucikan melalui upacara yadnya dan disetarakan dengan Dewa Siwa atau Dewa Surya oleh para pemujaNya.
Selain fungsi tersebut, Pura Dalem Balingkang juga sebagai tempat yang nyaman bagi Pemedek yang tangkil. Suasana yang spiritualistik dan sejuk membuat Pemedek yang tangkil betah dan nyaman melakukan ibadahnya di sana. Banyak pantangan bagi pemedek yang ingin tangkil di area pura ini.
Jumlah pura yang akan dikunjungi di Pura Dalem Balingkang ada empat pura. Pura pertama yang dituju adalah Pura Saraswati. Pura kedua adalah Pura Tanggung Titi. Pure yang ketiga untuk melakukan persembahyangan adalah Gedong Linggih Ratu Ayu Mas Subandar. Banyak pemedek tangkil di pure ketiga ini. Persembahyangan yang terakhir dilakukan di Paruman Agung.
Itulah beberapa hal yang pada umumnya dilakukan oleh pengunjung Pura Dalem Balingkang. Namun, tidak menutup kemungkinan bagi para wisatawan Non Hindu yang berwisata di tempat yang berada di kaki gunung yang asri ini. Arsitektur Pura Dalem Balingkang ini sangat menawan, perpaduan antara dua budaya pada masa lampau. Selain itu, sunrise tour di Pura Dalem Balingkang juga merupakan hal yang tepat bagi Anda pemuja senja.
Perjalan dari kota Denpasar ke Pura Dalem Balingkang memakan waktu dua jam, sekitar 64 kilometer. Melewati jalan utama Denpasar- Singaraja, beberapa jalan menuju kesana sangat curam dan ruas jalannya kecil. Oleh sebab itu, Anda harus berhati-hati jika melakukan perjalanan ke sana.
(YD)
Sumber : kintamani.id