Teknologi Agrokonservasi Bantu Petani Atasi Tantangan Iklim

Nusantara7.id – Dampak el nino yang berkepanjangan membuat sektor pertanian, terutama komoditas pangan mengalami kesulitan untuk mempertahankan produksinya. Meskipun sejumlah sentra produksi pangan masih mampu panen di tengah kemarau saat ini, produksi nasional mengalami penurunan.

Di tengah kemarau seperti saat ini, diperlukan varietas unggul yang tahan terhadap penyakit dan tidak membutuhkan banyak air, tetapi tetap menghasilkan produksi yang tinggi. Petani yang masih mengandalkan sistem tradisional dan meneruskan bercocok tanam secara turun temurun, diharapkan mau berubah.

Nugroho Widiasmadi, seorang akademisi peraih Kalpataru 2023 mengatakan teknologi agrokonservasi memungkinkan kontrol terhadap daya dukung tanah dan anatomi tanaman dalam menghadapi kondisi iklim ekstrem.

“Selain menerapkan program perbaikan tanah yang bijak, pengaturan pola tanam juga penting untuk memastikan tanaman bisa panen sesuai harapan. Penggunaan pupuk dan pengendalian organik dan alami terhadap hama atau penyakit dapat meningkatkan nilai ekonomi lahan pertanian,” ujarnya dikutip dari Antara, Sabtu (14/10/2023).

Menurutnya pemberian pupuk organik, baik dalam bentuk cair maupun padat, mampu menghasilkan tanaman yang kokoh dan tidak mudah rusak akibat banjir, badai, atau bahkan kekeringan.

Dengan kesehatan dan kesuburan tanah yang terjaga, maka tanah dapat menyuplai air dan nutrisi sepanjang musim melalui aktivitas mikroba. Seperti yang diketahui, mikroba memiliki peran penting dalam rantai makanan, seperti mengurai bahan organik, fotosintesis, proses pernapasan, pembentukan tanah, sumber energi, dan penyerapan karbon.

Manfaat ini memiliki dampak besar terutama dalam menghadapi iklim ekstrem.

“Teknologi agrokonservasi adalah salah satu inovasi yang dapat meningkatkan hasil panen dua kali lipat dan mengurangi biaya operasional hingga 70 persen. Dengan upaya bersama, petani dapat mengatasi tantangan iklim dan memastikan ketahanan pangan yang berkelanjutan di masa mendatang,” tambahnya.

Penggunaan teknologi agrokonservasi pada pertanian bawang merah di Pidie, Aceh, telah membantu petani menghadapi tantangan iklim ekstrem seperti el nino. Bahkan, produksi bawang merah dapat mencapai 18 ton per hektare. (AGP/YD)
Source : beritasatu.com

Print Friendly, PDF & Email
   Send article as PDF