Nusantara7.id – Zaman dahulu, kepengurusan Peduluan Desa berada di bawah pimpinan seorang Balian Desa yang harus dijabat oleh seorang wanita.
Jabatan ini bukan berdasarkan keturunan atau pemilihan di desa, melainkan berdasarkan tradisi bali kuno, yaitu pemilihan yang dilakukan oleh para dewa.
Proses pemilihan melalui suatu upacara keagamaan yang disebut dengan Nyanjan.
Jero Penyarikan Desa Adat Trunyan, I Nyoman Lilin, memaparkan, jika Desa Trunyan tidak mempunyai Balian Desa lagi, karena meninggal atau telah menikah, maka akan segera menyelenggarakan upacara Nyanjan.
Upacara Nyanjan dilakukan dengan mengumpulkan para gadis kecil di kompleks Semanggen di Pura Desa Pancering Jagat.
“Para gadis yang dipilih oleh dewa memiliki kemampuan sebagai seorang shaman yang dianggap masih suci. Umurnya antara sepuluh sampai sebelas tahun. Upacara ini dipimpin oleh Peduluan Desa,” ungkapnya.
Peduluan Desa memerintahkan para gadis kecil tersebut untuk memusatkan pikiran (ngacep dewa).
Apabila ada anak yang kesurupan (kelinggihan) oleh para dewa, maka anak itulah yang dipilih dan ditetapkan sebagai Balian Desa.
Balian Desa ditetapkan atau dikukuhkan oleh Dulu Desa melalui upacara mapetelah.
“Nah pada saat itu Balian Desa dijadikan sebagai pemimpin tertinggi dalam tata ritual Desa Adat Trunyan,” terangnya.
Balian Desa dijadikan sebagai penyambung lidah dewa tertinggi di Trunyan. Semua hal yang berkaitan dengan urusan upacara keagamaan harus mendapatkan persetujuan dari Balian Desa.
Namun, seiring perkembangan, jabatan Balian Desa sudah tidak ada lagi di Trunyan.
Pemilihan Balian Desa sudah ditinggalkan karena mahalnya biaya untuk upacara tersebut.
“Walaupun Balian Desa dianggap tertinggi kedudukannya, tetapi saat sekarang yang menjalankan pemerintahan adalah Jero Kubayan (Bau Mucuk) didampingi oleh Jero Pasek, Jero Penyarikan dan Kelian Adat,” tutupnya. (AGP/GP)
Source : baliexpress.jawapos.com
Eh, liat ini deh. AFC Fried Chicken, Jl. Raya Puputan No.7 Renon di GoFood.
https://gofood.link/a/Kg1yhZo
