TRADISI NGEREBONG DI KESIMAN

Denpasar, (NS7) – Tradisi Ngerebong adalah sebuah budaya dan tradisi unik di pulau Dewata Bali. Memang daya tarik pulau Bali menawarkan banyak hal, tidak hanya objek wisata dan tempat rekreasi alam saja, sehingga wisatawan betah liburan berlama-lama, tetapi jika tujuan wisata religi dan rohani.

Dari segi rohani, pulau ini sangat kental dengan nuansa magis, semerbak harum bunga dan bau wangi dupa, terkadang dilengkapi dengan asap menyan, mengiringi indahnya dan sakralnya bunyi genta seorang pemangku ataupun pendeta, membuat suasana terasa tenang, damai dan penuh kesakralan.

Semua hal tersebut adalah sebuah warisan budaya Bali tempo dulu dan wujud keyakinan umat kepada Tuhannya yang dirangkaikan dalam sebuah upacara keagamaan. Kegiatan upacara keagamaan tersebut dalam suatu tempat terkadang dirangkai juga dengan prosesi lainnya.

Seperti halnya rangkaian prosesi dalam tradisi Ngerebong yang dilakukan oleh umat Hindu oleh warga Kesiman Denpasar, sangat sakral dengan suasana magis yang kental. Tradisi Ngerebong ini sangat menarik untuk bisa disaksikan dari dekat.

Upacara Ngerebong ini menjadi salah satu budaya dan tradisi unik yang ada di Bali, kelestarian serta keberadaanya masih terjaga dengan baik sampai sekarang ini. Tradisi Bali kuno warisan leluhur warga desa adat Kesiman Denpasar ini, menjadi suguhan ataupun atraksi yang menarik bagi wisatawan yang sedang liburan di pulau Dewata Bali.

Apalagi lokasinya sangat terjangkau dari pusat-pusat pariwisata, berdekatan dengan kawasan pariwisata Bali Selatan seperti Kuta, Nusa Dua bahkan dari Jimbaran hanya butuh sekitar 45 menit berkendara. Termasuk terjangkau dari kawasan pariwisata Ubud.

Tradisi Ngerebong digelar di Pura Agung Petilan, Pengerebongan, desa Kesiman, Denpasar – Bali, digelar setiap 6 bulan (210) sekali sesuai penanggalan Bali yaitu pada hari Redite (Minggu) Pon Medangsia, dalam kalender Masehi tanggal pastinya tidak tentu. Digelar 8 hari setelah Hari Raya Kuningan.

Jadi jika anda tertarik menyaksikan budaya dan tradisi unik di Denpasar Bali ini akan lebih mudah mengingatnya, mulai dari Hari Raya Galungan, sepuluh hari setelahnya adalah Kuningan dan 8 hari setelah Kuningan akan digelar tradisi Ngerebong tersebut, jika anda ingin menyaksikannya datanglah pura Agung Petilan Kesiman sekitar pukul 17.00 wita. Peta lokasi Pura Agung Petilan cek di google maps.

Tradisi Ngerebong Di Kesiman Denpasar Bali

Kata Ngerebong berasal dari bahasa Bali yang berarti berkumpul dan pada hari diadakan prosesi Ngerebong dipercaya pada Dewa berkumpul, tujuan upacara ini digelar untuk mengingatkan kembali kepada manusia, pentingnya menjaga keselarasan dan keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhan, dengan sesama dan juga dengan alam, sehingga kehidupan menjadi damai dan indah.

Warisan budaya dan tradisi unik seperti tradisi Ngerebong ini termasuk upacara Bhuta Yadnya, yaitu persembahan kepada Sang Bhuta Kala agar somia dengan mengubah sifat-sifat jahat (bhuta) menjadi sifat baik (Dewa) sehingga roh-roh dan kekuatan jahat tersebut bisa dinetralisir dan tidak mengganggu manusia, sehingga alam ini menjadi tenang dan harmonis.

Beberapa umat menyebutnya kata Ngerebong juga dikatakan berasal dari kata ngereh dan baung kemudian digabungkan menjadi Ngerebong, yang diartikan juga sebagai penggabungan akasa pertiwi atas dan bawah. Kegiatan dan rangkaian pelaksanaan upacara Ngerebong ini diawali dengan melakukan persembahyangan bersama pada siang hari.

Kemudian warga mengarak barong dan rangda yang merupakan tapakan Ida Bhatara, mengelilingi wantilan di Pura Agung Petilan, Pengerebongan, desa Kesiman, Denpasar sebanyak 3 kali putaran diiringi oleh gamelan baleganjur, diikuti oleh ribuan umat warga Kesiman, belum lagi dijejali oleh para penonton yang antusias menyaksikan tradisi unik tersebut.

Saat mengelilingi wantilan ini, banyak warga baik itu pria dan wanita yang mengikuti upacara ini kerahuan atau kerasukan (trans) warga yang sedang kerasukan atau kesurupan ini ada yang mengeram, berteriak, menangis dan menari, dan yang paling mendebarkan adalah saat mereka melakukan adegan berbahaya, mereka (hanya kaum pria) meminta keris untuk ditancapkan ke tubuh.

Keris ditusukkan (ngurek) di dada, ubun-ubun dan juga leher, namun ajaib dan uniknya mereka seolah kebal oleh senjata tajam dan tidak terluka sama sekali, walaupun senjata atau keris tersebut telah dihujamkan berkali-kali. Kerahuan atau kesurupan ini bisa terjadi pada setiap warga baik itu laki-laki ataupun perempuan, roh-roh halus yang merasuki tubuh mereka akan membuat mereka kebal tidak terlukai oleh senjata.

Suatu atraksi budaya dari warisan Bali tempo dulu atau Bali kuno yang cukup menegangkan dan menarik yang bisa disaksikan oleh siapa saja termasuk juga wisatawan yang datang  untuk liburan dan wisata ke Bali, sehingga Tradisi Ngerebong bisa  menjadi agenda wisata wajib untuk dinikmati.

Atraksi wisata bagi wisatawan di kota Denpasar ini tentu akan sangat menarik, unik dan akan memberikan pengalaman liburan baru bagi anda, banyak hal-hal unik dan aneh bisa anda saksikan dan itu karena kekuatan magis diluar nalar dan logika, sangat jarang bisa ditemukan dan dinikmati.

Jika anda ingin menyaksikan tradisi upacara Ngerebong ini, karena akan masuk ke areal pura, maka anda diwajibkan untuk berpakaian adat, atau menggunakan kamben (sarung) dengan selendang di pinggang, itu sudah cukup. Dan tentunya bagi wanita yang sedang datang bulan tidak diperbolehkan memasuki areal pura.

Sumber : balitoursclub.net
(GC)

Print Friendly, PDF & Email
   Send article as PDF