Denpasar, (NS7) – Upacara Nyepi di Bali merupakan tradisi rutin yang dilakukan oleh seluruh umat Hindu. Dalam perayaannya, Anda akan mendapati beberapa sesi upacara yang dilakukan sebelum Nyepi. Salah satu sesi tersebut adalah pelaksanaan upacara melasti di Bali. Upacara ini, merupakan bagian dari penyucian diri yang dilakukan oleh seluruh umat Hindu Bali.
Upacara ini, dalam pelaksanaannya dilakukan biasa dilakukan di area tepi pantai. Penyucian yang dilakukan oleh umat Hindu Bali, bertujuan untuk membersihkan diri dari berbagai tindakan dan perilaku buruk yang pernah dilakukan. Selanjutnya, mereka pun akan membuangnya ke laut. Di waktu yang sama, pembersihan juga dilakukan pada berbagai perlengkapan persembahyangan yang ada di pura.
Waktu Pelaksanaan Upacara Melasti di Bali
Seperti yang telah dijelaskan, pelaksanaan upacara melasti di Bali dilakukan sebagai rentetan perayaan Upacara Nyepi. Masyarakat Hindu di Bali biasanya mengadakan upacara ini pada rentang antara 2 sampai 4 hari sebelum Hari Raya Nyepi. Karena hanya dilakukan pada waktu Nyepi, upacara melasti merupakan upacara khusus yang dilakukan hanya satu tahun sekali.
Penggunaan air sebagai sarana penyucian dalam upacara melasti yang dilakukan oleh masyarakat Hindu Bali memiliki nilai filosofi tinggi. Mereka menganggap bahwa air, baik yang berasal dari danau ataupun laut, merupakan air kehidupan. Oleh masyarakat setempat, air kehidupan disebut dengan nama tirta amerta.
Sebagai air kehidupan, tirta amerta punya peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pada pelaksanaan upacara melasti di Bali, tirta amerta merupakan sarana untuk menghanyutkan kotoran alam. Di waktu yang sama, umat Hindu di Bali akan melakukan evaluasi terhadap perjalanan hidup setahun ke belakang dan menysun rencana kehidupan satu tahun berikutnya.
Pelaksanaan Upacara Melasti di Bali
Upacara melasti memang biasanya dilakukan di pantai. Namun, tak menutup kemungkinan kalau upacara ini juga bisa dijumpai di danau. Mengingat, keduanya sama-sama termasuk dalam air kehidupan. Apalagi, tidak semua wilayah di Bali memiliki jarak yang begitu dekat dengan pantai.
Pada pelaksanaannya, masyarakat Hindu Bali akan datang secara berbondong-bondong ke lokasi upacara melasti. Pengelompokan kedatangan tersebut dilakukan berdasarkan kesatuan wilayahnya masing-masing. Sebagai contoh, kelompok A merupakan orang-orang yang berasal dari satu wilayah desa atau banjar.
Setiap rombongan kemudian akan menyertai diri dengan berbagai perangkat keramat yang digunakan untuk sembahyang. Beberapa di antaranya adalah arca, pralingga, atau pratima yang diambil dari area pura tempat mereka bersembahyang. Sebelum dibawa, peralatan itu terlebih dahulu diarak berkeliling desa.
Mereka yang berpartisipasi pada upacara melasti di Bali, umumnya mengenakan pakaian putih. selanjutnya, sosok pemangku akan bertugas untuk berkeliling dan memercikkan air suci. Pemercikan air suci ini ditujukan tak hanya kepada peserta, tetapi juga untuk peralatan yang dibawa.
Sebagai tambahan, pada pelaksanaan upacara melasti di Bali, umat Hindu setempat juga akan membawa beragam sesajian. Sesajian tersebut merupakan simbol dari Trimurti yang menjadi kepercayaan umat Hindu, yakni Wisnu, Brahma, dan Siwa.
Para wisatawan berkesempatan untuk turut berpartisipasi dalam upacara ini. Hanya saja, ada hal yang harus Anda perhatikan. Jangan sampai aktivitas selama upacara terganggu karena kehadiran Anda. Apalagi, acara ini bagi masyarakat Bali memiliki makna yang begitu penting.
Sumber : kintamani.id
(ESS/ACP)