Upacara Ngaben, Ritual Mengantar Kepergian Jenazah Dari Bali

(NS7) – Upacara Ngaben adalah bagian rangkaian upacara keagamaan di Bali dikenal dengan upacara Pitra Yadnya, yaitu sebuah upacara suci dan tulus ikhlas dilakukan oleh manusia kepada leluhurnya atau orang yang sudah meninggal dengan cara pembakaran mayat atau kremasi, yang juga merupakan salah satu bentuk kewajiban suci bagi semua umat Hindu.

Selain sebagai bagian dari pelaksanaan upacara Agama juga bagian budaya adat masyarakat Bali. Namun perlu diketahui juga tidak semua masyarakat Hindu menggelar upacara ngaben, salah satunya masyarakat Bali Aga di desa Tenganan, yang juga menjadi salah satu tempat destinasi wisata unik di kawasan pariwisata Karangasem.

Tujuan dilakukan prosesi Ngaben adalah untuk menyucikan badan halus (atma) manusia yang telah meninggalkan badan kasarnya, dalam tahap pertama penyucian tersebut dilakukan pembakaran/ kremasi jenasah. Dalam tata cara upacara Ngaben di Bali tidak selalu sama, karena dalam pelaksanaan tersebut selain berdasarkan sumber ajaran agama juga karena adanya penterjemahan berbed, seperti berdasarkan Desa Kala Patra atau tempat, waktu dan keadaan dengan esensi ataupun tujuan yang sama. Sehingga mungkin saja anda akan menemukan tata cara dan pelaksanannya berbeda-beda dari satu tempat ke tempat lainnya.

Pada saat seseorang meninggal, apalagi orang yang kita sayangi, sudah tentu isak tangis mengiringi kepergiannya menuju ke tempat peristirahatan terakhir. Pada ajaran agama Hindu diharapkan tidak ada isak tangis, apalagi sampai air mata mengenai jenazah, karena ini akan menghambat perjalanan atma yang akan kembali ke sang Pencipta, yang ditinggalkan harus rela dan ikhlas, agar atma tersebut tidak merasa berat meninggalkan dunia fana ini. Makanya tidak jarang kita temukan dalam mengarak jenazah dan dalam upacara ngaben di Bali dilakukan dengan suasana semarak.

da beberapa bentuk dalam pelaksanaan upacara Ngaben di Bali, seperti;

  • Sawa Wedana: upacara Ngaben atau pembakaran jenasah, setelah orang tersebut meninggal dan tanpa dikuburkan terlebih dahulu, jenasah bisa diletakkan di rumah ataupun dalam situasi tertentu bisa dititipkan di rumah sakit, kemudian kremasinya dilangsungkan sekitar 3-7 hari setelah orang tersebut meninggal.
  • Asti Wedana: pada prosesi Ngaben ini, tubuh orang meninggal dikuburkan terlebih dahulu dalam kurun waktu yang tidak ditentukan, kemudian tulang belulangnya digali dan diangkat kembali saat upacara Ngaben. Tapi ada yang hanya mengambil sekepal tanah tempatnya dikubur sebagai simbol saja.
  • Swasta: Upacara Ngaben digelar tatkala jenasah orang meninggal tersebut tidak ditemukan, entah itu karena musibah alam, ataupun karena berada di luar negeri. Untuk itu jenasah orang tersebut dibuatkan pengawak (simbol) dari kayu cendana dengan aksara-aksara magis sebagai pengganti badan kasarnya, baru kemudian dikremasi.

Sedangkan upacara lain yang berkaitan dengan orang meninggal adalah upacara Ngelungah, diperuntukkan bagi anak yang meninggal namun giginya belum tanggal, sedangkan bayi orang hamil yang keguguran dilakukan upacara Warak Keruron. Dan pelaksanaan berbeda unik dan menarik bisa anda saksikan di desa Trunyan, desa yang juga menjadi objek wisata di Bali, karena tata cara pemakaman yang hanya diletakkan di atas tanah dan tanpa dikubur ataupun dikremasi.

Tata Cara Upacara Ngaben Di Bali

Dalam pelaksanaan upacara Ngaben, pelaksanaanya agar ramai dan semarak, tidak ada kesedihan agar atman (jiwa) bisa dengan ikhlas meninggalkan dunia fana dan tidak terbelenggu lagi dengan keduniawian. Atman tersebut akan menuju surga menuju ke penciptanya, bisa ke neraka ataupun bisa menjelma kembali (reinkarnasi) sesuai karma phala atau perbuatan mereka semasa hidup. Itulah sebabnya garis hidup setiap orang berbeda-beda tergantung hasil perbuatan masa lalunya, masyarakat Hindu sangat percaya akan hukum karma phala tersebut.

Tidak semua orang meninggal harus dikremasi segera, tergantung dengan hari baik dan kemampuan finansial keluarga bersangkutan, cara lainnya bisa dikubur terlebih dahulu, kemudian menunggu agar finansial cukup ataupun menunggu jadwal pengabenan bersama / massal sehingga biaya bisa lebih murah. Ada 3 tingkatan upacara Ngaben di Bali seperti; Nistaning utama, madyaning utama dan utamaning utama. Nistaning utama adalah tingkatan paling bawah tentunya dengan biaya yang minim, namun tetap juga utama yang terpenting adalah, rasa hormat, bakti, tulus ikhlas dan hati suci.

Diyakini dalam agama Hindu, tubuh manusia terdiri dari badan kasar yang terdiri dari 5 unsur yaitu zat padat (pertiwi), zat cair (apah), ruang hampa (akasa), angin (bayu) dan zat panas (teja) 5 unsur tersebut dikenal dengan Panca Maha Bhuta. Kemudian ada badan halus yang disebut atman yang menggerakkan 5 unsur tersebut, kemudian ada karma  yang selalu melekat dalam tubuh manusia. Pada saat meninggal ke semua unsur tersebut kembali ke asalnya, dan karma akan dibawa untuk dipertanggung jawabkan, apakah layak moksa atau harus reinkarnasi lagi ke bumi.

Sumber : https://www.balitoursclub.net/

   Send article as PDF