Denpasar, (NS7) – Belum lama ini, para ilmuwan di seluruh dunia tengah meneliti untuk mencampurkan dua dosis vaksin yang berbeda, seperti vaksin Pfizer untuk dosis pertama dan dosis kedua dengan AstraZeneca atau sebaliknya.
Namun, melihat fenomena ini kepala ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Soumya Swaminathan menyarankan agar tidak melakukan ‘mix and match’ alias mengkombinasikan beberapa vaksin COVID-19 dari berbagai produsen. Menurutnya, tindakan ini bisa menjadi ‘tren berbahaya’ karena hanya ada sedikit data terkait dampak kesehatannya.
“Ini sedikit tren yang berbahaya di sini. Kami berada di zona yang masih belum memiliki banyak data dan bukti untuk ‘mix and match’ (vaksin),” kata Soumya Swaminathan dalam briefing online yang dikutip dari Fox News, Selasa (13/7/2021).
Swaminathan mengatakan saat ini penelitian sedang berlangsung. Tetapi, mengutip temuan awal dari Universitas Oxford, kombinasi antara vaksin AstraZeneca untuk dosis pertama dan Pfizer pada dosis kedua bisa menginduksi antibodi dan respons sel T yang lebih tinggi daripada sebaliknya.
Namun, respons antibodi tertinggi didapatkan setelah pemberian dua dosis Pfizer-BioNTech. Sementara respons sel T tertinggi bisa didapatkan setelah menerima suntikan AstraZeneca yang diikuti dengan Pfizer.
“Ini akan menjadi situasi kacau di negara-negara jika warga mulai memutuskan kapan dan siapa saja yang seharusnya mendapatkan dosis kedua, ketiga, dan keempat,” kata Swaminathan mengingatkan.
Sumber : detik.com
(ESS/ACP)