Desa Bali Kuno Itu Bernama… Desa Tenganan Pengringsingan.

Nusantara7.id – Desa Tenganan Pegringsingan merupakan salah satu desa wisata kuno dengan kebudayaan yang memukau. Cek di sini, harga tiket masuk dan jadwal kunjungan.

Memiliki banyak destinasi desa wisata, Bali menawarkan satu desa wisata dengan kebudayaan yang sangat kental. Dikenal dengan Desa Tenganan Pegringsingan. Desa Tenganan dikelilingi oleh lanskap perbukitan dengan hutan adat yang hijau.

Keunikan dari Desa Tenganan Pegringsingan ini terletak pada kebudayaan yang masih sangat kental. Beberapa kebudayaan yang masih bisa traveler jumpai di sini yaitu kain gringsing dan tradisi perang pandan atau mekaré-karé.

I Putu Suarjana, Tamping Takon Tebenan adat Desa Tenganan, menyebut bahwa pariwisata di Desa Tenganan muncul karena adanya adat dan budaya.

“Pariwisata ini ada karena adat dan budaya kami. Dalam satu tahun ini kami memiliki kalender event yang memang tidak berubah waktunya. Sehingga untuk wisatawan yang ingin menyaksikan event kebudayaan kami, harus menyesuaikan dengan kalender event kami,” ujar I Putu Suarjana.

Penasaran dengan kebudayaan unik di Desa Tenganan. Yuk, simak informasi dari detikTravel seputar Desa Tenganan, mulai dari daya tarik, aktivitas unik, lokasi, harga tiket masuk, hingga jam operasional.

Daya Tarik Desa Tenganan
1. Kain Gringsing

Daya tarik pertama yang dimiliki oleh Desa Tenganan adalah kerajinan tangan kain gringsing. “Kata Gringsing sendiri berasal dari kata gering yang berarti sakit dan sing yang artinya tidak. Maka Gringsing dapat diartikan sebagai tidak sakit,” kata I Putu Suarjana.

Harga kain ini bisa terbilang cukup makal, mulai dari Rp 3,5 juta untuk ukuran yang sedang. Hal ini karena proses pembuatannya yang sangat rumit dan memakan waktu yang lama hingga 3 tahunan.

Masyarakat Desa Tenganan diwajibkan untuk memiliki dan memakai kain gringsing karena saat upacara adat, seperti mesangih atau potong gigi.

2. Tradisi Perang Pandan

Salah satu tradisi yang menjadi favorit wisatawan adalah tradisi perang pandan atau yang akrab disebut mekaré-karé. Tradisi mekaré-karé dilakukan setiap bulan Juni dan berlangsung selama 30 hari sebagai bagian puncak dari prosesi rangkaian upacara Ngusaba Sambah.

Mekaré-karé dilakukan kurang lebih selama 3 jam dan dalam satu bulan tersebut, mekaré-karé berlangsung sebanyak 2-4 kali.

Dalam tradisi ini, sarana yang digunakan adalah daun pandan yang sudah dipotong sepanjang sektra 30cm sebagai senjata untuk menyerang dan tameng untuk bertahan. Perang pandan tidak diperbolehkan menyerang bagian leher ke atas.

Mekaré-karé memiliki makna yang sama dengan upacara tabuh rah yang kerap dilakukan umat Hindu di Bali untuk menghormati roh halus. Upacara mekaré-karé selalu diiringi dengan tetabuhan khas Desa Tenganan, yaitu gamelan selonding

3. Tradisi Ayunan Jantra

Setelah melaksanakan tradisi mekaré-karé, selanjutnya para remaja putri yang ada di Desa Tenganan Pegringsingan akan melaksanakan sebuah tradisi yang bernama ayunan jantra.

Ayunan jantra ini beberapa orang remaja putri akan naik ke ayunan selanjutnya para remaja putra bertugas untuk mengayunkan. Menurut I Putu Suarjana, ayunan jantra adalah lambang dari perputaran bumi.

“Yang tugas mengayun adalah remaja putra dan yang diayun adalah remaja putri. Kenapa putri, karena ialah simbol keindahan,” kata I Putu Suarjana.

Desa Tenganan memiliki 5 buah ayunan yang dipasang selama 18 hari selama rangkaian Ngusaba Sambah. Ketika menaiki ayunan, remaja putri dan putri akan menggunakan pakaian adat Tenganan Pegringsingan.
Aktivitas Menarik di Desa Tenganan
Bagi traveler yang berkunjung ke Desa Tenganan dapat melakukan beberapa aktivitas menarik di dalamnya. Traveler dapat mengeksplorasi kehidupan dan budaya Bali Kuno di sini sambil berkeliling dengan pemandangan yang indah. Jangan kaget ketika berkunjung traveler akan menemukan kerbau yang berkeliaran.

Traveler bisa melihat bagaimana proses pembuatan kain gringsing khas Desa Tenganan. Tak hanya melihat, traveler dapat mencoba langsung sensasi menenun kain yang didampingi oleh ibu-ibu dari Desa Tenganan.

Tak hanya kain, traveler bisa menemukan berbagai kerajinan tangan seperti telur lukis dan kerajinan gambar dari daun lontar.

Jika berkunjung bulan Februari, traveler bisa menyaksikan tari rejang dari Desa Tenganan. Untuk yang berkunjung bulan Juni, traveler bisa menyaksikan perang pandan dan ayunan jantra.

Lokasi, Harga Tiket, dan Jam Operasional
Desa Tenganan Pegringsingan terletak di ujung timur pulau Bali tepatnya di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem. Desa ini berjarak sekitar 65 kilometer dari Kota Denpasar dengan waktu tempuh sekitar 1 jam 30 menit.

Untuk traveler yang berkunjung tidak akan dikenakan biaya tiket masuk, namun pihak pengelola akan memungut donasi seikhlasnya.

Traveler dapat berkunjung mulai pukul 07.00 WITA – 18.00 WITA. “Kami tidak mematok jam berkunjung, biasanya wisatawan datang jam 7 pagi hingga jam 6 sore udah mulai berkurang,” kata I Putu Suarjana. (AGP/YD)
Source : travel.detik.com

Print Friendly, PDF & Email
   Send article as PDF