(NS7) – Serangan jantung dan henti jantung adalah masalah kesehatan yang sama-sama menyerang organ vital ini dan berisiko fatal. Kedua kondisi ini memiliki gejala, penyebab, sampai faktor risiko yang berlainan.
Untuk memahami kedua macam gangguan jantung ini, simak penjelasan berikut. Baca juga: Henti Jantung Bisa Lebih Berbahaya dari Serangan Jantung
1. Apa itu serangan jantung dan henti jantung?
Dilansir dari American Heart Association, serangan jantung terjadi ketika pembuluh darah arteri yang membawa aliran darah kaya oksigen ke jantung tersumbat. Akibat pasokan darah dari arteri berkurang atau minim, organ jantung lambat laun bisa rusak. Semakin lama penderita serangan jantung diberikan pertolongan medis yang tepat, dampak kerusakan jantung dan risiko fatal jadi lebih besar.
Sementara itu, henti jantung adalah kondisi saat jantung berhenti mendadak karena gangguan kelistrikan pada jantung. Karena proses pemompaan darah ke seluruh tubuh terganggu, seluruh organ vital seperti jantung, otak, paru-paru, dll. tidak bisa mendapat pasokan darah kaya oksigen. Akibatnya, penderita henti jantung seketika dapat kehilangan kesadaran sekaligus denyut jantung. Apabila tidak diberikan pertolongan medis dalam hitungan menit, penderita henti jantung bisa meninggal dunia.
2. Penyebab serangan jantung dan henti jantung
Penyebab serangan jantung dan henti jantung berbeda. Serangan jantung kebanyakan disebabkan penyakit jantung koroner. Penyakit ini terjadi karena penumpukan lemak di pembuluh darah arteri koroner. Perlu diketahui, arteri koroner adalah pembuluh darah yang memasok darah kaya oksigen ke jantung. Penderita penyakit jantung koroner bisa mengalami serangan jantung apabila plak (sumbatan) di arteri jantung pecah dan menyebabkan penggumpalan darah yang menyumbat pembuluh darah arteri koroner. Melansir Harvard Health Publishing, ada beberapa faktor risiko penyebab serangan jantung koroner. Di antaranya kebiasaan merokok, kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi lemak jenuh, tekanan darah tinggi, diabetes, berat badar berlebih, jarang olahraga, faktor keturunan, sampai sering terpapar polusi lalu lintas. Sementara itu, penyebab henti jantung mendadak utamanya adalah serangan jantung. Selain itu, henti jantung bisa dipicu gangguan irama jantung (aritmia), kegagalan alat pacu jantung, tersedak, tenggelam, tersengat listrik, hipotermia, tekanan darah drop, penyalahgunaan narkoba sampai alkohol.
3. Gejala serangan jantung dan henti jantung
Melansir News Medical, gejala serangan jantung dan henti jantung cenderung berbeda meskipun sama-sama riskan.
Gejala serangan jantung meliputi:
- Nyeri dada, bisa berupa sakit, sesak, tertekan di bagian dada. Rasa tidak nyaman ini berlangsung selama beberapa menit dan tidak berkurang saat istirahat
- Nyeri bisa merambat dari dada ke lengan, rahang, leher, punggung, dan perut
- Sesak napas
- Batuk
- Tidak enak badan
- Gelisah
- Sakit kepala atau pusing
- Berkeringat
- Lemah Jantung berdebar-debar
Gejala penyakit terkadang sudah terasa dalam hitungan jam, hari, sampai minggu sebelum serangan jantung.
Sementara itu, gejala henti jantung di antaranya:
- Tiba-tiba tidak sadarkan diri atau pingsan
- Tidak bernapas
Denyut nadi tidak terdeteksi Berbeda dengan serangan jantung yang terkadang didahului sejumlah gejala, henti jantung bisa terjadi secara tiba-tiba atau tanpa peringatan. (agp/gs)
Source : https://www.kompas.com/