Tradisi Unik Tamblang Waluh Karangasem Bali, Bertarung di Perempatan Jalan Antara Laki-Laki

(Nusantara7.id) – Di Desa Bungaya, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali, ada sebuah tradisi unik yang dilakukan oleh para pemuda setempat.

Tradisi ini bernama tamblang waluh, yang merupakan pertarungan kaki antara dua orang laki-laki di perempatan jalan.

Tradisi ini dilakukan setiap enam bulan sekali, tepatnya dua hari sebelum hari raya Galungan.

Tamblang waluh terdiri dari dua kata, yaitu tamblang dan waluh. Tamblang adalah jenis bambu yang merupakan simbol purusha atau laki-laki.

Sedangkan waluh adalah buah labu yang merupakan simbol pradana atau perempuan.

Pertemuan antara tamblang dan waluh ini melambangkan proses kelahiran di dunia, atau juga disebut sebagai lingga yoni. Para pemuda yang mengikuti tradisi ini akan berkumpul di Pura Bale Agung sekitar pukul 16.00 Wita.

Kemudian mereka akan berkeliling di tiga titik perempatan desa, yaitu Banjar Subagan Timbul,

Banjar Desa, dan Banjar Beji. Di setiap perempatan, mereka akan saling beradu kekuatan kaki dengan cara menendang lawannya satu lawan satu.

Warga lainnya akan menyaksikan dan bersorak mengitari mereka. Ada beberapa aturan yang harus dipatuhi oleh para peserta tamblang waluh.

Pertama, mereka tidak boleh menyerang lawan dengan tangan atau menendang kepala dan bawah perut.

Kedua, mereka harus memilih lawan yang seimbang ukuran tubuhnya dan sama-sama berani.

Ketiga, mereka harus menghentikan pertarungan jika salah satu dari mereka mengaku menyerah atau jika hari sudah mulai gelap.

Tradisi tamblang waluh ini merupakan salah satu warisan budaya dari leluhur Desa Bungaya yang masih dilestarikan hingga kini. Tradisi ini juga menjadi bagian dari perayaan hari raya Galungan, yang merupakan kemenangan dharma melawan adharma.

Dengan mengikuti tradisi ini, para pemuda diharapkan dapat meningkatkan kekompakan, keberanian, dan semangat juang mereka. (AGP/YD)
Source : radarmukomuko.disway.id

Print Friendly, PDF & Email
   Send article as PDF